1/
ini adalah bulan asing. sebelum kata-kata yang kurapalkan terbenam pada matamu yang jarang terbit.
lalu kudapati kedua telinga yang sulit membendung mulut tetangga. dan kepala tiada segan-segannya menggelar tubuhku yang kacau. menjual dan membeli luka-luka baru.Â
hidup memang erat dengan perdagangan. manusia kerap kali membeli kebahagiaan dengan menjual penderitaan yang mereka alami. entah, diluar itu; kesenangan yang lahir dari hal sederhana hanyalah hadiah tabu yang jarang dirayakan.
2/
kulihat pada serpihan hari tunggal. jemari dan bibirku merapal doa dipenghujung takdir. mengepal perpisahan pada pertemuan yang belum usai tertulis.Â
kita tidak semestinya memikul beban terlalu penuh. kepala kita tidak seluas Erving Goffman yang kuat menampung Dramaturgi dikanada. dada kita terlalu sempit untuk pertunjukan tragis pada panggung yang penuh tragedi.
bagaimana bisa kita membawa takdir yang tidak sempat kita tulis. yang lupa kita rekam, yang lupa kita benahi pelan-pelan. diluar itu, kita tidak jauh dari rengekan anak kecil yang kalut meminta es krim.
3/
setelah kau merenung dalam keresahan panjang. yang kau hadapi selanjutnya adalah mengambil penderitaan baru. lalu memastikan bahwa; kepala dan dadamu adalah tameng baja yang siap untuk berperang.
hidup terus berjalan. hari ke hari adalah peristiwa yang rajin kau catat. bulan ke bulan adalah lembaran buas yang harus kau jinakan. tahun demi tahun adalah keadaan genap yang mengutuk. jika kau mengulang luka lama pada kehidupanmu yang rutin tercatat. kau harus membaca ulang dan menelaah lebih dalam, setidaknya kebahagiaan lama yang kau alami juga turut terulang, tidak luka-lukamu saja.
sudah itu saja,
semoga hal baik selalu tersajikan
pada hidup yang penuh hadeuh-hadeuh an.