Di era digital yang serba cepat, ketika gawai dan media sosial begitu akrab dengan kehidupan sehari-hari anak-anak, ada sebuah upaya sederhana namun bermakna yang tumbuh dari Karawang. Upaya itu lahir melalui Kuliah Dakwah Masyarakat (KDM) 2025, sebuah program yang digagas oleh mahasiswa STIT Hidayatunnajah bersama TPQ Bunayya.
Kegiatan ini menjadi ruang perjumpaan antara mahasiswa, santri, dan masyarakat dalam satu tujuan besar: meningkatkan literasi keislaman. Bukan sekadar mengajarkan baca tulis Al-Qur'an, tetapi juga menanamkan nilai akhlak mulia, mempererat silaturahmi, dan menghadirkan dakwah yang membumi.
Di TPQ Bunayya, anak-anak diajak untuk merasakan bahwa belajar Qur'an bukanlah kewajiban yang kaku. Sebaliknya, mereka menemukan bahwa mengaji bisa dilakukan dengan cara yang asyik: penuh keceriaan, interaktif, dan dekat dengan dunia mereka. Tidak berhenti di situ, semangat KDM juga meluas ke masyarakat, dengan menghadirkan program sosial yang membuktikan bahwa Islam bukan hanya bacaan, tetapi juga tindakan nyata.
Dengan mengusung tema "Mengaji dengan Cara Asyik, Berbagi dengan Cara Indah", KDM 2025 menghadirkan energi baru di tengah masyarakat Karawang. Anak-anak belajar Qur'an dengan antusias, orang tua mendapat pemahaman baru tentang peran pendidikan keluarga, dan masyarakat merasakan manfaat lewat bakti sosial. Dari sinilah lahir sebuah refleksi bahwa literasi keislaman dapat tumbuh indah ketika ilmu dan aksi berjalan beriringan.
Suasana sore di TPQ Bunayya Karawang tampak berbeda selama program Kuliah Dakwah Masyarakat (KDM) 2025 berlangsung. Deretan anak-anak santri duduk rapi, sebagian memegang mushaf Al-Qur'an, sebagian lagi membuka buku Iqra'. Dengan penuh semangat, mereka mengikuti pembelajaran tahsin, tahfidz, dan iqra' yang dipandu langsung oleh mahasiswa STIT Hidayatunnajah.
Kegiatan ini tidak lagi terasa kaku sebagaimana pengajian tradisional. Metode interaktif yang digunakan membuat anak-anak lebih berani membaca dan lebih cepat memahami. Setiap santri diberi kesempatan untuk memperdengarkan bacaan mereka, lalu dibetulkan dengan sabar oleh pembimbing. Hasilnya, suasana belajar tidak hanya serius, tetapi juga penuh keakraban.
Menariknya, di sela-sela kegiatan, mahasiswa menghadirkan games edukatif. Tawa lepas terdengar ketika anak-anak berlomba menjawab pertanyaan seputar huruf hijaiyah atau ayat pendek. Suasana yang hangat ini membuat santri merasa bahwa belajar Qur'an bisa dilakukan dengan cara menyenangkan. Mereka belajar sambil bermain, bermain sambil menghafal.
Inilah wajah baru dari TPQ Ceria, sebuah inovasi sederhana yang membuktikan bahwa mengaji bisa menjadi pengalaman yang asyik. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya sekadar mampu membaca Qur'an, tetapi juga mencintainya dengan sepenuh hati.