Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sengkarut "Endorsement" Partai Pendukung

16 Februari 2019   04:11 Diperbarui: 16 Februari 2019   04:20 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim kampanye jelang Pemilu 2019 telah berlangsung hampir lima bulan lamanya. Partai giat melakukan berbagai inovasi meningkatkan elektabilitas partainya agar menang pada Pemilu nanti. 

Praktik endorsement sering digunakan untuk meningkatkan elektabilitas partai pendukung kandidat capres cawaspres. Dalam dunia bisnis, endorsement biasanya dimaknai dengan dukungan, atau semacam rekomendasi. Bila dibawa dalam praktik, partai melakukan endorsing dengan menawarkan kandidat capres beserta jejak rekam prestisius ke masyarakat.

Sebagai timbal balik, masyarakat akan membicarakan kandidat yang menurutnya menarik untuk dipilih, dengan harapan mengenal sosok figur kandidat dan berimbas kepada elektabilitas partai.  

Menurut skema sederhananya, jika masyarakat ramai membicarakan kandidat capres, maka partai yang membawa nama kandidat juga akan ikut dibicarakan. Sehingga kepercayaan publik jatuh ke pertai yang mempromosikan kandidat capres cawaspres.

Strategi ini dinilai berpengaruh cukup signifikan, selain bisa meningkatkan elektabilitas kandidat, biasanya elektabilitas partai pendukung yang melakukan endorsing juga akan bertambah.

Seperti yang dilakukan PDIP dan PSI saat ini mengampanyekan Jokowi ke masyarakat dengan berbagai teknik. Boleh dilihat dari hasil survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan di kubu Jokowi - Ma'ruf, hanya PDIP dan PSI yang mendapat efek elektoral berupa kenaikan elektabilitas.

Kenaikan elektabilitas kedua partai ini naik secara konsisten. Dukungan konstituen PDIP pada Januari 2019 bertengger diangka 25,7 persen dari Desember 2018 hanya 23,1 persen. Bahkan menurut data terbaru indEX PDIP kini sudah sampai diangka 26,2 persen.

Sementara elektabilitas PSI dari 1,2 persen pada Desember 2018, melesat cukup signifikan pada Januari 2019 dengan angka 2,3 persen. Sebagai partai baru dalam Pemilu, praktik endorsement melalui teknik door to door berpengaruh cukup signifikan.

Namun ditengah upaya endorsement ini, PDIP dan PSI harus berhadapan dengan fenomena split ticket voting atau pengalihan suara di internal partai. Hasil survei Indikator Desember 2018 menyebut dukungan 8,1 persen konstituen PSI dan 6,0 persen 6,0 persen konstituen PDIP mengalihkan dukugan ke Prabowo-Sandi.

Kondisi bisa menyulitkan PDIP dan PSI mempromosikan Jokowi-Ma'ruf ke masyarakat. Sebab dunia maya tidak mengenal teritorial partai, sementara dunia nyata teritorial politik partai sangat jelas. Hanya ada beberapa daerah saja yang benar-benar sangat mendukungan Jokowi-Ma'ruf, daerah lainnya tidak demikian. Lantas bagaimana dengan partai pendukung Prabowo?

Menurut (indEX) Research dominasi Partai Gerindra dikubu Prabowo-Sandi pada Januari 2019 menunjukkan angka 14,7 persen dari 12,3 persen pada Desember 2018. Ditambah dengan data terbaru naik 15,3 persen. Itu artinya partai loyalis Prabowo-Sandi hanya Partai Gerindra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun