Jari jemari sang Pelukis Koran mengkerut lantaran dinginnya ac didalam ruangan. Malam yang senyap pun tak mampu menghilangkan dinginnya malam. Namun, dingin pulalah yang membawa imajinasi sang pelukis koran terbang merapikan tulisan demi tulisan hingga menjadi sebuah karya yang elok ditengah pembacanya.
Senandung tembang lama menjadi teman imajinasi sang pelukis koran. Tanpa lagu, rasa itu hilang. Laksana hilangnya manusia saat sangkakala bertiup di akhir zaman.
Klik!!!
Next!!!
Tanpa undangan... Diriku kau lupakan
Tanpa utusan . . . Diriku kau tinggalkan
Tanpa bicara . . . Kau buat ku kecewa
Tanpa berdosa . . . Kau buatku merana
Tembang lawas 'tenda biru' Desy Ratnasari menyulut semangat pelukis koran. Alunan musik menambah tarian jemari sang pelukis koran menguasai medan kanvas elektronik. Sampai-sampai orang  seisi ruangan dibuatnya bernyanyi mengikuti lirik lagu. Lantaran lagu lawas, orang seisi ruangan dibuatnya sendu. Memang, sebagian orang memandang lagu ini masih terdengar merdu mengundang pendengarnya bernostalgia dengan masa lalu. Sebagian lagi lagu ini terlalu tua untuk didengar di zaman globalisasi.
Klik!!!
Next!!!