Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Secangkir Kopi yang Diambil

24 Oktober 2017   04:37 Diperbarui: 25 Oktober 2017   21:26 3324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://artsquest.ca

Pelayan warkop itu membayangkan orang itu sedang mengaduk-aduk kopi miliknya sambil menangis. Air mata bercucuran ke meja, meminum habis kopinya lalu pergi tanpa sepatah kata apapun. Di meja itu, yang ada hanya cucuran air mata. Itulah sebabnya, mengapa waktop itu tidak lagi menyediakan kopi miliknya.

"Saya harus mengejarnya, ada seseorang dalam kopi itu, itu kopi milikku."

"Segera, kopi itu memang milik bapak, saya tau persis kopi itu." Pelayan memotivasi untuk segera mengambil kopi miliknya.

Orang-orang di warkop juga memberi semangat kepadanya. Mereka tidak lagi menginjak-injak kopi yang membanjiri tempat itu. Malah mereka membersihkannya, mengepel dan menabur wewangian. Meski kopi itu adalah kopi sendu yang jatuh ke lantai, tetap harus dihargai. Sedih dan bahagia sama-sama diasuh oleh cinta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun