Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa | Writer in Progress | Content Writer | Like Reading a Book

Selanjutnya

Tutup

Book

Bikin Gen Z Nyaman Membaca? Kafe Perpustakaan Jawabannya

2 Oktober 2025   15:23 Diperbarui: 2 Oktober 2025   15:23 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa jadinya jika kaum muda berkata, "Perpustakaan sekarang sudah tidak menarik"

Generasi Z dikenal dekat dengan informasi, tapi ironisnya perpustakaan justru makin jauh dari radar mereka. Studi terbaru menunjukkan bahwa tempat ini dianggap tidak lagi menarik bagi anak muda. 

Pertanyaannya: apakah perpustakaan benar-benar usang, atau justru butuh wajah baru agar kembali relevan?

Generasi yang tumbuh bersama internet tentu tak pernah kekurangan akses bacaan. Hanya dengan satu klik, ribuan artikel, e-book, atau bahkan ringkasan singkat di media sosial bisa mereka nikmati. Inilah yang membuat perpustakaan, dengan segala keheningan dan formalitasnya, terasa ketinggalan zaman. 

Bukan berarti Gen Z tak suka membaca, tapi mereka menginginkan suasana yang lebih santai, estetik, dan sesuai gaya hidup mereka.

Saatnya Transformasi Perpustakaan

Perpustakaan yang dulu kita pahami sebagai tempat hening dan hanya dipenuhi rak buku, yang jauh dari kata menyenangkan. 

Generasi muda saat ini dengan kebiasaan memantau Handphone seharian dan scrolling sosmed, menjadi alasan kuat mengapa perpustakaan perlu dihidupkan dengan cara yang lebih modern. 

Generasi muda perlu didekatkan pada pendidikan yakni kegiatan membaca. Namun, bagaimana jika perpustakaan yang menjadi tempat membaca adalah tempat yang membosankan bagi mereka?.

Generasi muda hari ini khususnya Gen Z---membutuhkan ruang belajar yang berbeda. Mereka tidak hanya mencari koleksi buku, tetapi juga suasana yang mendukung kreativitas, interaksi sosial, dan kenyamanan. 

Jika perpustakaan ingin tetap relevan, maka ia perlu bertransformasi: dari sekadar tempat penyimpanan buku menjadi ruang hidup yang ramah, modern, dan estetik.

Transformasi ini bukan sekadar soal menambahkan fasilitas, melainkan menciptakan pengalaman. Perpustakaan yang dipadukan dengan konsep kafe, misalnya, mampu menghadirkan atmosfer baru: membaca jadi terasa santai, diskusi kelompok lebih cair, dan literasi hadir dalam balutan gaya hidup. 

Dengan begitu, perpustakaan tidak lagi identik dengan keheningan yang membosankan, melainkan menjadi ruang favorit kaum muda untuk tumbuh, belajar, dan bersosialisasi.

Tempat Nyaman itu Perpustakaan

Bayangkan kamu duduk di sofa yang empuk, ditemani minuman hangat kesukaanmu dan rak yang berisi buku-buku bagus dan siap untuk membantumu mengarungi luasnya ilmu pengetahuan. Bukan kafe biasa, bukan pula perpustakaan kaku yang penuh aturan---ini adalah perpaduan keduanya. 

Tempat di mana Gen Z bisa merasa betah membaca tanpa kehilangan suasana estetik yang mereka cari.

Awal saya menulis judul ini, karena saya melihat sebuah video youtube yang berjudul Perpustaan Asik & Unik Bernuansa Kafe yang meliput perpustakaan yang bernama "Little Wings Cafe and Library" yang dimiliki oleh Ibu Chandra Dewi. 

Dari video tersebut, saya terpikirkan bagaimana perasaan nya jika perpustakaan menjadi tempat ternyaman bagi pembaca khususnya kaum muda mudi Gen Z, seperti saya. 

Di tengah gaya hidup serba cepat, Gen Z butuh ruang yang bukan hanya fungsional, tapi juga nyaman dan estetik. Kafe perpustakaan menjawab kebutuhan itu: menyediakan atmosfer tenang untuk membaca, sekaligus vibes santai untuk nongkrong dan produktif. 

Dengan desain interior yang instagramable, pilihan minuman yang kekinian, serta akses buku yang beragam, tempat ini berhasil memadukan dua dunia belajar dan hiburan, dalam satu ruang yang bikin betah.

Perpustakaan seharusnya menjadi tempat ternyaman di kala pikiran membutuhkan asupan yang menerangi kegelapan dalam diri

Lebih dari sekadar tempat duduk manis, kafe perpustakaan punya fungsi sosial yang kuat. Ia menjadi ruang aman bagi Gen Z untuk mengeksplorasi minat baca tanpa merasa terasing. Ada yang datang untuk serius membaca, ada pula yang memanfaatkannya sebagai spot diskusi kelompok, bahkan ada yang menjadikannya tempat healing setelah penat dengan rutinitas digital. 

Semua itu menunjukkan bahwa membaca tidak harus kaku; ia bisa menyatu dengan gaya hidup modern yang cair dan penuh kreativitas.

Fenomena kafe perpustakaan sebenarnya lebih dari sekadar tren sesaat. Ia mencerminkan perubahan cara Gen Z berinteraksi dengan pengetahuan. 

Generasi ini tumbuh dengan teknologi, tapi mereka juga haus akan pengalaman yang autentik. Kafe perpustakaan menghadirkan keseimbangan: buku fisik yang bisa disentuh dan dirasakan, berpadu dengan suasana modern yang sesuai dengan ritme hidup mereka. 

Jika tren ini terus berkembang, bukan tidak mungkin kafe perpustakaan akan menjadi wajah baru budaya literasi, di mana membaca kembali dianggap keren, relevan, dan tentu saja... instagramable.

Lebih jauh, kafe perpustakaan bisa menjadi ruang kolaborasi lintas generasi. Bukan hanya Gen Z yang akan menikmati suasana ini, tetapi juga mahasiswa, pekerja, bahkan orang tua yang ingin menemukan kembali kebiasaan membaca dengan cara yang lebih menyenangkan. 

Perpustakaan tak lagi berdiri sebagai menara gading yang sepi, melainkan sebagai pusat aktivitas kreatif, sosial, dan intelektual.

Pada akhirnya, literasi tidak boleh berhenti hanya karena ruangnya tidak ramah. Kita butuh terobosan yang mampu membuat membaca terasa menyenangkan kembali. 

Kafe perpustakaan bukan hanya soal minum kopi sambil membuka buku, tetapi simbol transformasi: bahwa pengetahuan bisa dinikmati, dibagikan, dan dirayakan dalam suasana yang lebih hidup.

Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah kamu siap mencoba pengalaman membaca di kafe perpustakaan dan ikut menjadi bagian dari wajah baru literasi generasi kita?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun