Mohon tunggu...
Cerpen

Hujan Melodi

19 Maret 2017   19:17 Diperbarui: 20 Maret 2017   16:00 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Coba kau lihat pesan di handphonemu.”

Aku meraih handphoneku dalam tas. Aku membuka password handphoneku dan muncul notifikasi pesan dari Melodi.

Aku hanya bisa cengar-cengir dan menggaruk-garuk kepalaku.

“Sebenarnya aku tertidur sebelum chatmu sampai di handphoneku. Saat aku bangun, jam menunjukkan pukul 06.30 pagi, jadi aku terburu-buru beranjak dari tempat tidur tanpa sempat membuka handphone karena aku kira aku terlambat datang. Sampai-sampai aku terpeleset dan kepalaku terbentur meja.” Wajahku memerah karena malu telah bertingkah konyol.

“Bah, itu bukan salahmu Dana. Lagian tidak ada yang menyangka bahwa hal ini akan terjadi.” Melodi terlihat menahan tertawanya dan mengacak-acak rambutku yang sudah rapi.

“Hey!! Aku bukan anak kecil ya?!” aku salah tingkah dan malah berlaku konyol di depan Melodi

“Sudahlah sudah, lebih baik kita segera berangkat sebelum matahari menyengat kulitku dan berubah menjadi coklat seperti kulitmu itu.” Dengan masih menahan tertawa, dia mencoba menjailiku dengan berbagai ejekannya.

“&*%##@$#^*&^$” aku hanya bisa menggerutu akan hal ini.

Kami memutuskan untuk segera berjalan menuju tempat yang kami tuju, yaitu ladang rumput di bukit dekat pasar. Cuaca hari ini sangat mendukung, matahari bersinar menghangati kota setengah desa yang kecil ini. Selain itu, banyak burung yang terbang dan berkicau menemani perjalanan kami menuju bukit. Awan putih yang ada di langit membisik kepadaku bahwa hari ini akan cerah seterusnya. Jadi aku tidak ragu untuk berlama-lama dengan Melodi.

Kami berjalan melewati beberapa minimarket dan pasar. Saat ada promo es krim terpajang di salah satu minimarket, saat itulah uang dalam dompetku dikuras oleh Melodi. Tapi aku senang, walau uangku hilang, yang penting tali hubungan kami berkembang.

Sampailah kami di tempat yang kami tuju. Terdapat satu pohon besar tepat di atas bukit yang dipenuhi rumput yang hijau berkilau karena pancaran sinar matahari. Kami memutuskan untuk duduk berteduh di bawah pohon yang besar itu. Sungguh sejuk berteduh di bawah pohon yang besar ini. Ditambah lagi memakan es krim yang totalnya ada satu lusin dibeli Melodi. Sedih, tapi senang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun