Mohon tunggu...
Radiman Siringoringo
Radiman Siringoringo Mohon Tunggu... mahasiswa

saya seorang mahasiswa yang keseharian saya adalah menulis, dengan tujuan untuk menuangkan ide saya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

bagaimana etika Kristen menanggapi eutanasia atau Bunuh diri yang dibantu?

4 Mei 2025   17:19 Diperbarui: 4 Mei 2025   17:19 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

  Bagaimana Etika Kristen menyikapi Eutanasia?

 

                          Seringkali kehidupan manusia diperhadapkan dengan berbagai prolematik hidup. Baik ekonomi, pendidikan, kesehatan,  politik bahkan tradisi tertentu.  Persoalan-persoalan ini mempengaruhi kehidupan manusia salah satunya ialah Eutanasia. Apa itu Eutanasia?

Defenisi Euthanasia

            Eutanasia adalah cara manusia untuk mengakhiri hidupnya. Secara etimologis kata “Eutanasia” berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘eu + thanatos’. Eu = baik, enak, dan Thantos = mati, jadi secara harafiah Eutanasia berarti mati dengan enak (lihat. Kamus teologia,Henk ten Napel. Hal 130).  Defenisi euthanasia yang diterima secara luas menyebutkan bahwa: “Eutanasia adalah pembunuhan yang dilakukan secara sengaja dengan tindakan atau pembiaran, terhadap orang yang  hidupnnya tidak layak lagi” (lihat. Isu-isu Global, JHON STOTT, hal. 468). Sejenak kita berpikir tentang  pembunuhan yang seperti ini. Akan tetapi, yang menjadi pertannyaan  mengapa bisa terjadi Eutanasia?. Menarik untuk diperhatikan, euthanasia disebut juga “pembunuhan karena kasihan”, dan euthanasia dibagi dua yaitu “bunuh diri yang dibantu, disini kematian berlangsung atas permohonan eksplisit si pasien dan euthanasia nonsukarela yaitu kematian terjadi atas keputusan orang lain, kalau pasien tidak mampu memberikan persetujuan”.

         Kasus-kasus seperti ini dilatarbelakangi dengan persolan hidup manusia. Sepertinya yang dijelaskan diatas, misalnya Ekonomi. Ekonomi merupakan pokok persoalan yang sering diasumsikan dalam kasus ini. Karean tidak adanya uang, kemudian umur sudah begitu lanjut sehingga si pasien memilih untuk mati dengan cara yang enak dengan mengomsumsi obat melalui persetujuan dengan keluarga atau dokter. Kemudian, kasus yang sangat horor dimasa kini, yaitu maningkatnya dan tidak ditemukannya obat AIDS. Sehingga banyak orang menyuarakan perlunya euthanasia. Dan puncaknya ketika  ada persoalan yang mengatakan bahwa euthanasia perlu disuarakan karena menolong si pasien dari rasa sakit mengkungkung tubuhnya. Namun, apakah alasan ini diterima untuk membenarkan euthanasia? Bagaimana  Orang Kristen menyikapi persoalan ini secara etika?

 

Etika Kristen menyikapi Eutanasia 

       Memang, telah menjadi suatu kebenaran alkitabiah yang mendasar bahwa Allah sudah menciptakan kita sebagai mahluk yang rasiaonal dan memilik kehendak atau kesukarelaan “Free will”. Dengan demikian, kita mempunyai pemikiran kehendak pribadi, kehendak sendiri yang diberikan oleh Allah. Namun, hak-hak ini didasarkan oleh kemauan Allah. Ia mau supanya kita memilih sesuai dengan kehendaknya. Sebaliknya, manusia diijinkan memilih apa yang ia kehendaki. Perlu diingat, bahwa manusia perlu  memahami apa yang Allah berikan kepada manusia yaitu kesempatan untuk menjalani hidup. Kebebasan manusia bukan tidak terbatas. Kita hanya menemukan kebebasan  dalam hidup sesuai dengan sifat kita yang diberikan Allah, bukan dalam memberontak terhadap sifat yang diberikan Allah itu. Sama halnya dengan Allah, Ia membatasi diri-Nya oleh sifat atau hakikat-Nya. Prinsip yang sama juga berlaku bagi umat manusia. Lalu, bagaimana Alkitab membicarakan topic euthanasia ini?

       Hidup adalah anugerah dari Allah. “Aku tahu, ya Tuhan, demikian seruan Yeremia, “bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan hidupnya” (lih. Yer 10:23); Nabi Yeremia benar; yang memiliki hidupnya adalah Allah. Alkitab mencatat bahwa Allah adalah Sang Pencipta, pemberi, penopang, dan pengambil kehidupan. Ia sendiri mengatakan “Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan (lihat, Ul 32:39; Kej. 39:2; Ayub. 1:21). Menarik untuk diperhatikan, bahwa Allah sudah memberikan anugerah “hidup” kepada manusia oleh tangan-Nya, sehingga manusia harus menjaga, merawat hidupnya.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun