Mohon tunggu...
Radiman Siringoringo
Radiman Siringoringo Mohon Tunggu... mahasiswa

saya seorang mahasiswa yang keseharian saya adalah menulis, dengan tujuan untuk menuangkan ide saya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peran Gembala dalam Menerapkan Siasat Gereja

26 April 2025   13:11 Diperbarui: 26 April 2025   13:11 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

BAB. I. LATAR BELAKANG MASALAH

         Siasat gereja atau lebih sering disebut dengan istilah disiplin gereja merupakan suatu disiplin gereja yang bersifat mengikat dan memiliki konsekuensi hukum bagi jemaat yang melakukan pelanggaran. Menurut Wueller, kata disiplin memiliki konotasi rutin dan mekanis. Bila dipahami arti kata tersebut, berarti disiplin ini mengacu pada kedisiplinan dalam membangun relasi dengan Tuhan dan juga sesama agar pelayanan dapat berjalan dengan baik.  J. L. Ch. Abineno, mengatakan bahwa siasat gereja ialah segala peraturan dan penetapan yang digunakan oleh gereja untuk menata dan mengatur hidup dan pelayanan di dalam dunia. Siasat gereja juga adalah suatu tindakan gereja untuk menegakkan dan pengawasan ajaran gereja serta perilaku warga gereja.  Sebagaimana telah diketahui bahwa gereja merupakan tempat di mana orang-orang Kristen beribadah, melayani, belajar-mengajar, makan dari itu semua tindakan ini memiliki tujuan. Maka dari itu semua jemaat Tuhan yang berada dalam organisasi gereja perlu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, agar semua pihak bisa saling berkoordinasi.  

       Pemahaman tentang disiplin gereja seringkali dipandang sesuatu negative, bahkan sering dianggap tidak mencerminkan kasih. Padahal, siasat gereja merupakan bagian dari managemen gereja. Istilah manajemen berasal dari bahasa latin "manus" yang berarti "tangan". Dengan demikian manajemen adalah suatu tindakan menangani, mengontrol. Kata "manus" ini berasal dari kata kerja "to manage". Dalam bahasa Indonesia managemen dapat diartikan mengendalikan, mengontrol, menangani, atau mengelola, membimbing pada tujuan bergereja. Pada prinsipnya, gembala  gereja selaku pemimpin tertinggi di gereja seharusnya membina setiap warga gereja agar hidup kudus, dan teroganisir. Apabila siasat gereja tidak diberlakukan, maka sudah pasti system dalam suatu gereja tidak akan berjalan dengan baik.

      Peran pemimpin dalam hal ini merupakan gembala, haruslah dapat memberikan pembinan rohani, sebagaimana Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28: 19-20, tugas murid Yesus sebagai gembala bukan hanya memberitakan Injil kepada orang yang belum mengenal Yesus, tetapi juga membimbing mereka yang telah percaya untuk selalu terpelihara imanya. Oleh sebab itu, setiap gembala harus mempunyai konsistensi dalam pendisiplinan setiap jemaat, baik itu berupa teguran bahkan hukuman sebagai efek jera. Namun, pada kenyataannya ada saja gereja yang tidak konsisten dalam melakuakan siasat gereja ini. Misalnya, dalam pengalaman penulis, terdapat inkonsistensi para pemimpin gereja. Sala satunya di GKPS Parapat, dimana para pemimpin gereja tidak memberlakukan siasat gereja kepada sala satu Penatua yang kedapatan berzinah, hal ini terjadi karena sang penatua mempunyai sumbangsih besar bagi pembaungan gereja tersebut. sumbangsaih itu berupa lahan pertanahan yang sebelumnya diberikan untuk pembangunan gereja itu. Tidak hanya itu, ketimpangan lain juga terjadi di gereja penulis sendiri. Dimana sala satu seorang penatua, kedapatan mencuri dan ia pun dikenai siasat gereja dengan hukuman dia dihentikan dari jabatannya sebagai penatua, serta diumumkannya di depan jemaat. Hal ini dilakukan supanya ada Efek jera bagi jemaat dan dikalangan penatua sendiri.  Tidak hanya itu. Yang paling miris nya lagi, Pendeta/gembala itu pun tidak melakukan pengembalaan kepada penatua tersebut. Seharusnya ia harus membina, memimpin jemaat ketika melakukan supanya mengisafi dosanya dan meminta ampun kepada Tuhan.  Akibatnya, penatua itu memutuskan untuk tidak bergereja.

Menarik untuk diperhatikan, inkonsistensi para gembala dalam menerapkan Siasat gereja sering terjadi.  Lalu, bagaimana seharusnya para gembala menerapkan Siasat gereja itu? Apa tugas dan tangggung jawab para gembala dalam menerapkan siasat gereja itu?

BAB. II. PEMBAHASAN

2. 1. Peran Gembala

         Istilah gembala dalam bahasa inggris Shepherd berarti berarti domba sedangkan Ibrani kuno ra'ah artinya memberi makan, sehingga gembala dikenal sebagai orang yang memberi makan dan dapat ditunjukkan kepada individu yang membantu atau memelihara orang lain dimana se-seorang yang memperlihatkan kepedulian dengan penuh kasih sayang. Sementara itu, kata gembala dalam bahasa latin adalah "pastor", dan dalam bahasa Yunani "poimen".  Oleh sebab itu, pengembalaan dapat juga disebut "poimeka" atau "pastoralia". Pelayanaan pastoral adalah adalah sebutan pengembalaan.

       Tugas gembala dalam pengertian asal katanya berarti orang-orang yang memberi makan dan membantu dan memelihara orang lain dengan penuh kasih sayang. Tugas-tugas pengembalaaan ini disebut juga pelayanan pastoral. Tugas seorang gembala, selain memberi makan, memelihara, dan mengawasi, mereka juga adalah pelayan domba-dombanya. Dick Iverson, mengatakan bahwa gembala sejati itu pasti memberi makan, menuntun, memimpin dan mengarahkan domba-domba. Sejatinya gembala yang itu adalah gembala mengasihi, peduli dan memberi hidup bagi domba-dombanya, mengayomi kawanan domba di masa yang sulit. Kemudian Munthe, menambahkan tugas gembala dengan mengatakan dengan gambaran seperti yang tertulis dalam 1   Pet 5: 2 "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan suka rela  sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengambdian diri. Tidak berhenti di situ, tetapi hendaklah menjadi teladan (ay. 3). Sebagai model atau teladan, seorang gembala diharapkan dapat memberi motivasi dan memberikan pengaruh yang mendukung pertumbuhan domba-dombanya. Namun, yang menjadi pertanyaan bagimana jika dilingkup jemaat atau domba terlibat melakukan kesalahan atau dosa moral yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jemaat misalnya, berzinah, korupsi dan tidakan moral lainya, apa seharusnya tindakan gembala gereja? Kemudian berdasarkan latar belakang masalah di atas, tentang inkonsistensi gembala dalam melakukan siasat gereja, apakah itu baik bagi pertumbuhan jemaat? Apa yang harus dilakukan gembala gereja?

2. 1. 2. Perlunya Siasat Gereja

        Gereja adalah sebuah lembaga yang tentu memiliki hukum yang mengatur jemaatnya. Di mana hukum dalam hal ini ialah siasat gereja memiliki peranan penting demi mengatur segala ketetapan guna menciptakan sebuah keteraturan. Hidup tertib dan teratur yang diharapkan dengan adanya siasat gereja tersebut. untuk mengwujudkan gereja yang tertib dan teratur diperlukan seorang gembala untuk mengatur seperti yang dibahas sebelumnya. Tujuannya jelas siasat gereja dilakukan untuk memelihara kekudusan gereja. Kekudusan yang dimaksud di sini ialah dipilih dan dipanggilnya orang yang percaya di dalam Yesus. Oleh karena itu, demi menciptakan gereja yang kudus perlu seorang gembala untuk menjalankan disiplin gereja yang mengatur jemaat dengan  konsisten dan tidak berpihak kepada siapapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun