Mohon tunggu...
Rachael Gheitsya Aulia R
Rachael Gheitsya Aulia R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Narasi

18 Oktober 2022   13:24 Diperbarui: 18 Oktober 2022   13:34 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"waahhh fresh sekali ya bu" ujar ku

Kami pun makan dan berbincang bincang mengenai kehidupan sehari-hari beliau di desa ini dan berbicara lain sebagainya.

Setelah menghabiskan waktu sekitar 4 jam kqmi beristirahat di rumah tersebut, dan kamipun pamit untuk pergi ke salah satu pantai di daerah tersebut, nama pantai nya adalah pantai karanghawu, atau biasa disebut pantai selatan oleh warga desa tersebut.

Sesampainya di pantai tersebut, aku melihat ada tangga untuk menuju ke atas yang sangat tinggi dan ada orang yang naik kesana, aku bingung dan penasaran.

"Itu tangga apa ya? Kok tinggi sekali dan ada orang yang naik ke atas, tante? " tanya ku kepada tante ku

"di atas di ada 2 makam, makam tersebut adalah makam ratu pantai selatan (nyi roro kidul) , dan satunya tante lupa makam siapa. Banyak orang suka ke situ untuk berziarah" ucap tanteku

"Oalahh baru tahu aku kalau di atas sana ada makam" ucap aku

"Yaudah yuk kita masuk ke pantai nya saja untuk merilekskan pikiran dan bersenang-senang disini "  ujar tanteku

Kami masuk ke kawasan pantai dan selang 10 menit turun hujan yang sangat deras, kami harus menunggu sampai hujan mereda dan karena ombak pantai sedang kencang dikarenakan hujan  tersebut.

Hujan mulai mereda dan kami bisa bermain di air bibir pantai tersebut. Namun waktu sudah menunjukan Pukul 4 sore dimana kami harus bersih bersih dan balik ke Jakarta. Pukul 5 sore kami selesai bersih bersih dan bersiap untuk kembali pulang ke Jakarta.

Untuk keluar menuju jalan umum yang banyak kendaraan itu membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Perjalanan pulang dari pantai ini sangatlah mengerikan, dikarenakan kami harus lewat tengah tengah perkebunan sawit dan hutan. Tidak ada penerangan di sepanjang jalan tersebut. Hanya cahaya lampu mobil yang ada disitu. Jarang sekali ada rumah dan warga yang keluar apabila jam sudah munjukan waktu ingin maghrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun