Mohon tunggu...
Qomaruddin
Qomaruddin Mohon Tunggu... Copywriter yang tertarik pada isu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat | Humas Al Irsyad Purwokerto | Redaktur Suara Al Irsyad

Menulis kata, merangkai aksi, dan menumbuhkan harapan untuk dunia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nganggur Setelah Lulus? Saya Pernah, dan Begini Cara Saya Bertahan

9 Mei 2025   22:01 Diperbarui: 9 Mei 2025   22:03 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa tengelam dalam bacaannya di perpustakaan kampus (Sumber:freepik.com/freepik)

Lulus kuliah tahun 2005 dari Jurusan Sosiologi, saya sempat merasa punya semangat penuh. Tapi semangat saja tidak cukup untuk menghadapi dunia nyata. Saya mengirim lamaran ke banyak tempat sesuai bidang ilmu saya, namun tak ada panggilan yang datang. Hari demi hari berlalu dengan rasa cemas dan bingung:
"Saya harus ngapain sekarang?"

Namun, saya bukan benar-benar memulai dari nol. Sejak tahun 2003---dua tahun sebelum lulus, atau tepatnya setahun sebelum mengerjakan skripsi---saya sudah membantu seorang teman yang membuka usaha rental komputer dan jasa pengetikan. Tempatnya kecil, alatnya sederhana, tapi dari sanalah saya perlahan mulai menemukan arah.

Belajar dari Hal yang Tak Pernah Saya Duga Akan Berguna

Siapa sangka, keterampilan mengetik dan servis ringan komputer bisa menjadi bekal yang berguna? Di tempat rental itu, banyak mahasiswa datang untuk mengetik tugas kuliah dan skripsi. Awalnya saya hanya membantu, tapi lama-lama saya jadi terbiasa mengetik cepat dan rapi, bahkan tahu format akademik dengan baik. Di sela-sela itu, saya juga belajar instalasi ulang komputer, memperbaiki printer, dan menghadapi segala jenis "drama teknologi" khas anak kos kampus.

Semua itu saya pelajari tanpa kursus, tanpa sertifikat. Modalnya cuma satu: rasa ingin tahu.

Kampus: Ruang Eksperimen Sosial yang Membentuk Saya

Sebagai mahasiswa Sosiologi, kampus saya bukan hanya tempat belajar teori---tapi juga tempat saya belajar mengamati, bertanya, dan membentuk perspektif. Saya aktif sebagai wartawan kampus, bergabung di komunitas cerpen, ikut klub komputer, bahkan membentuk tim riset sosial informal bersama beberapa teman.

Kami rutin berdiskusi, mengangkat isu-isu sosial, dan menerbitkan buletin pekanan yang isinya campur aduk: opini, kritik sosial, catatan kecil, bahkan puisi. Semuanya lahir dari diskusi-diskusi bebas di sebuah ruangan kecil di kampus: Laboratorium Sosiologi.

Bukan lab komputer atau laboratorium sains, tapi ruangan penuh buku teori sosial, papan tulis penuh coretan, dan teman-teman yang suka debat. Di situlah saya betah berlama-lama---karena penasaran, karena merasa didengar, dan karena merasa bertumbuh.

Ketika Lamaran Tak Dibalas, dan Gaji Kecil Justru Membuka Jalan

Setelah lulus, saya mencoba melamar pekerjaan yang relevan dengan latar belakang Sosiologi---mulai dari lembaga riset hingga organisasi sosial. Tapi tak satu pun yang membalas. Dalam kondisi ini, saya memilih untuk tidak berdiam diri. Saya menerima tawaran bekerja di sebuah percetakan kecil sebagai desainer grafis.

Gajinya kecil. Tapi waktu itu, yang saya cari bukan hanya uang, melainkan kesempatan belajar dan menjaga ritme hidup. Pagi hari sebelum berangkat kerja, saya jualan koran. Aktivitas ini sederhana, tapi memberi saya semangat: hari saya dimulai dengan produktivitas.

Yang tak saya duga, justru dari keterampilan desain inilah karier saya mulai berkembang. Dari percetakan, saya masuk ke dunia penerbitan. Dari situ, tulisan saya mulai dilirik. Karier saya pun berlanjut ke jurnalistik dan media, dan perlahan---keterampilan komunikasi saya, baik lisan, teks, maupun visual---semakin berkembang.

Bekal Bertahan: Bergerak, Belajar, dan Tidak Malu Memulai dari Hal Kecil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun