Mohon tunggu...
Andhika Aqil
Andhika Aqil Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Jiwa yang melayang-layang di ruang hampa

I put my heart and my soul into my work, and have lost my mind in the process.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fiksi Mini: Kembang Api Paling Besar

9 Februari 2024   08:12 Diperbarui: 21 Februari 2024   18:35 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kulihat keramaian di alun-alun kota, seperti seluruh orang di kota berkumpul di sini semua. Meski aku sensitif terhadap cahaya kerlap-kerlip dan suara-suara berisik, tetapi rasa penasaranku tidak bisa menghalangiku untuk datang kesini. Sebagai seekor kucing, aku tidak terlalu paham dengan kehidupan manusia, tapi dari yang aku dengar mereka akan merayakan tahun baru 2024.

"Wah, sekarang sudah pukul 11.57! Tinggal menunggu beberapa menit lagi nih," kudengar seseorang berbicara.

Suasana di tengah alun-alun sudah mulai ramai, banyak yang berkumpulan di sekitar. Ada yang berkumpul dengan keluarganya, ada yang berduaan dengan pasangannya, ada juga yang bercanda ria dengan temannya.

Mendekati jam 12 malam, orang-orang mulai melakukan hitungan mundur.

"Sepuluh! Sembilan! ..." Sorak orang-orang.

Suasananya semakin mendebarkan dan menyenangkan, aku pun melihat ke langit.

"Tiga! Dua! Satu!!" Sorak semuanya.

Seluruh kembang api meluncur ke langit, menghadirkan warna-warni indah yang bersaing dengan kegelapan malam. Cahaya terang dan dentuman keras kembang api membuatku kaget, sehingga aku harus melindungi telingaku. Meski demikian, keindahan warna-warni tersebut berhasil mencuri perhatianku, menyaingi keindahan bintang-bintang di langit malam.

Namun, di antara kembang api yang menyala di langit, terlihat satu kembang api yang berbeda. Aku tidak pernah melihat kembang api seperti itu sebelumnya, arahnya bukan berasal dari kota, dan bentuknya tidak seperti kembang api lainnya. Kembang api itu sangatlah besar, merah menyala, dan bentuknya lebih mirip seperti bongkahan bebatuan yang melintasi langit dengan kecepatan tinggi. 

Ketakutan merajalela di antara orang-orang di sekitar, mereka saling berpelukan, canda tawa berubah menjadi tangisan, seolah mengucapkan perpisahan terakhir kepada orang yang mereka sayangi. Suasana menjadi sangat kacau, banyak orang yang berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan diri. Aku terpaku tak mengerti apa yang sedang terjadi, aku hanya bisa berdiam diri. Saat aku kembali melihat ke atas, kembang api itu melesat dengan sinarnya yang sangat terang, diiringi dengan suara yang menggelegar di telinga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun