Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seadanya Saja

1 Juli 2023   07:47 Diperbarui: 1 Juli 2023   07:50 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


    Jadi namanya Alin ya ?. Ibu juga heran melihat nya, nak. Dia memang mirip Lina. Berbeda hanya pada segi postur tubuh, cara bicara dan mungkin juga pada caranya melihat.''


    Dalam suasana yang tengah hangat ini, dipagi hari yang masih buta. Ketika senja mulai tampak dengan wajah mempesonanya, aku melihat Alin menguap, dia mengantuk karena tadi malam tidak ada tidurnya.


    Ibuku penuh pengertian. Ibuku menyuruh Alin agar masuk kedalam kamar untuk istirahat dulu. "Nak, bawa masuk Alin kekamarnya, biarkan dia menikmati keindahan pagi dengan beristirahat dulu dan kamu sudah itu, temui ibu disini ya."


    "Baik, Bu !."


    Akupun mengajak Alin untuk masuk kedalam kamarnya. Setelah sampai didalam kamar, aku mengatakan padanya untuk istirahat dulu.


    "Tidurlah dulu !. Nanti kalau sudah bangun temui aku sekehendak mu. Jangan lupakan aku ya, bawa aku kedalam mimpimu di pagi ini agar senja yang baru menampakan dirinya dapat menerangi kehidupan yang baru saja dimulai ini.'' Kataku padanya.



    Mata indah yang berbentuk bulat itu terbuka agak lebar sambil memandang kearah ku dengan sedikit kemauan. Ada tanda yang tersirat, menunjukkan kepada ku bahwa hadirnya dirumahku sama sekali lebih ingin dekat denganku. Karena tanda itu tidak bisa dia sembunyikan dariku, Alin kemudian berkata lagi dengan nada yang paling begitu indahnya, "Syarif, kukira setelah aku dirumahmu bahwa untuk sedikit waktu pun, aku tidak ingin jauh darimu."


    Dadaku seakan dibuat berdetak, aku dekat tapi tidak mungkin bisa bersamanya dalam kamar ini. Kukatakan padanya, "Alin, ini tidak biasa, seromantis kehendak rasa, dirumahku akan berbeda. Bukan karena aku tidak bisa masuk kedalam ruangan kecil itu tapi karena keadaan tidak mengharuskan kita untuk bersatu dalam damai yang sesungguhnya.''


    "Tapi kenapa ?. Bukankah disini lebih aman ?. Bukankah disini, tidak akan ada lagi yang bisa mengusik ketenangan kemelut yang apabila itu adalah suatu prosa fiksi ilmiah kita."


    "Alin, tidurlah dulu !. Kalau kita tidak bisa berdiskusi dalam satu ruangan paling tidak ruangan mimpimu, disana aku adalah orang yang paling sering kamu jumpai yang memerankan peran sebagai aktor tampan untuk suatu catur cinta. Sampai saat alarm batin telah meras puas maka bangunlah untuk meneruskannya. Aku akan berusaha lebih keras memahami sampai dimana kita berdua menanam mawar dalam mimpu itu."


    "Jadi kamu akan meninggalkan aku sendiri didalam kamar ini ?."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun