Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

10 Hal tentang Quarter Life Crisis, Kajian Psikologi, dan Cara Menghadapinya

21 Mei 2023   12:34 Diperbarui: 29 Mei 2023   20:43 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi quate rlife crisis | Image by pressfoto on Freepik

Tidak semua orang, lalu berarti ada orang yang transisinya mudah?

Yang jelas, semua orang memiliki tantangannya masing-masing. Tantangan beberapa orang mungkin lebih ringan dari kebanyakan orang.

Bagaimana cara kita mempermudah transisi tahap perkembangan tersebut?

Jika kita mengalami kesulitan, apa yang harus dilakukan?

Menghadapi Quarter Life Crisis

Transisi perkembangan, seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja atau dari remaja ke dewasa, seringkali datang dengan tantangan yang melekat karena perubahan signifikan yang dialami individu selama periode ini. Hal ini disebabkan karena kita berubah secara biologis dan psikologis agar mampu memenuhi tugas perkembangan di tahap perkembangan selanjutnya.

Pengalaman orang selama masa transisi ini bisa sangat bervariasi. Beberapa individu mungkin dengan lancar menavigasi transisi menuju kedewasaan; mereka merasakan kejelasan dan tahu tujuan mereka, sementara yang lain mungkin menghadapi kesulitan dan ketidakpastian yang lebih signifikan. Beberapa mungkin mengalami periode introspeksi dan eksplorasi tanpa meningkat ke tingkat krisis. Penting untuk menyadari bahwa perjalanan setiap orang itu unik, dan tingkat kesulitan atau krisis sangat individual.

Menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung bagi individu yang menjalani transisi menuju kedewasaan dapat sangat berkontribusi pada kesejahteraan dan kelancaran perjalanan mereka. 

Berikut adalah beberapa saran untuk orang tua, pendidik, pengasuh, dan masyarakat umum:

1. Membina Komunikasi Terbuka: Dorong komunikasi yang terbuka dan tidak menghakimi dengan orang-orang dalam fase dewasa awal. Ciptakan ruang yang aman di mana mereka merasa nyaman untuk mengungkapkan pikiran, kekhawatiran, dan aspirasi mereka. Dengarkan secara aktif dan validasi pengalaman mereka, meskipun berbeda dari perspektif Anda.

2. Sediakan Bimbingan dan Sumber Daya: Tawarkan bimbingan dan akses ke sumber daya yang dapat membantu orang-orang dalam fase dewasa awal untuk mengeksplorasi minat mereka, membuat keputusan berdasarkan informasi, dan menetapkan tujuan yang realistis. Ini dapat mencakup konseling karir, program bimbingan, atau informasi tentang peluang pendidikan dan pelatihan kejuruan.

3. Utamakan Kesejahteraan Emosional: Didik orang dewasa awal dan orang-orang di sekitar mereka tentang kesejahteraan emosional dan praktik perawatan diri. Edukasi mereke mengenai mekanisme koping yang sehat, teknik manajemen stres, dan pentingnya mencari bantuan saat dibutuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun