Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Trauma Masa Kecil Bukan Inner Child?

10 Maret 2023   10:02 Diperbarui: 11 Maret 2023   00:18 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Kat Smith on Pexels

Penggunaan istilah inner child untuk menggambarkan luka masa lalu atau pengalaman traumatis di masa kanak-kanak merupakan pemahaman yang umum di Indonesia. Meskipun ini mungkin bukan definisi inner child yang diterima secara ilmiah, tapi beberapa individu dan terapis tetap mengartikan istilah tersebut dengan makna yang cenderung menimbulkan miskonsepsi.

Perlu dicatat bahwa istilah inner child awalnya mengacu pada kualitas positif yang dianggap ada dalam jiwa seseorang, seperti keceriaan, kreativitas, dan rasa ingin tahu. Menggunakan istilah untuk menggambarkan pengalaman negatif dari masa kanak-kanak mungkin membingungkan atau menyesatkan, karena dapat menunjukkan bahwa pengalaman negatif merupakan bagian inti dari identitas seseorang daripada sesuatu yang terjadi pada mereka.

Konsep inner child mengacu pada gagasan bahwa setiap orang memiliki batin yang mempertahankan kualitas seperti anak kecil seperti kepolosan, keajaiban, kreativitas, dan spontanitas. 

Inner child ini dianggap sebagai bagian dari jiwa seseorang yang terbentuk selama masa kanak-kanak dan diyakini memengaruhi perilaku, emosi, dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan.

Istilah inner child adalah salah satu yang populer di kalangan self-help dan pengembangan diri (personal development) tetapi bukan teori ilmiah yang diterima secara luas di bidang psikologi. Meskipun ada beberapa penelitian tentang pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk perkembangan selanjutnya, gagasan tentang inner child lebih merupakan metafora daripada konsep psikologis yang konkret.

Beberapa istilah lain yang mirip dengan konsep inner child adalah "true self", "authentic self", dan "core self". Istilah-istilah ini mengacu pada gagasan bahwa ada aspek fundamental dari diri sendiri yang terpisah dari pengkondisian sosial dan dapat diakses melalui kesadaran diri dan introspeksi.

Meskipun demikian, konsep inner child telah digunakan dalam terapi, seperti pada Inner Child Therapy, yang berfokus pada mengidentifikasi dan menyembuhkan luka emosional yang tercipta selama masa kanak-kanak. Ini didasarkan pada gagasan bahwa dari semua hal yang terdapat pada inner child seseorang, bagian yang berisi pengalaman dan emosi masa kanak-kanak yang belum terselesaikan dapat terus memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang hingga dewasa.

Dalam psikologi, Inner Child Therapy dapat dipandang sebagai bentuk terapi psikodinamik yang berfokus pada eksplorasi dan penyembuhan luka emosional yang belum terselesaikan sejak masa kanak-kanak. 

Terapi psikodinamik adalah jenis terapi yang menekankan peran proses bawah sadar dan pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.

Terdapat beberapa penelitian untuk mendukung keefektifan terapi psikodinamik secara umum, tetapi penelitian mengenai Inner Child Therapy sangat terbatas. 

Inner Child Therapy, juga dikenal sebagai Inner Child Work, atau Inner Child Healing, tidak direkomendasikan sebagai terapi mandiri dalam psikologi karena tidak didukung oleh bukti empiris dan tidak memiliki kerangka teori yang jelas.

Kita sudah memahami bahwa konsep inner child dapat menjadi metafora yang membantu untuk mengeksplorasi luka emosional sejak masa kanak-kanak. Meskipun demikian, hanya ada sedikit bukti ilmiah yang mendukung gagasan bahwa individu memiliki inner child yang membutuhkan penyembuhan. Selain itu, kurangnya kerangka teoretis yang jelas membuat sulit untuk menetapkan tujuan dan pendekatan pengobatan yang konsisten.

Selain itu, Inner Child Therapy juga berpotensi berbahaya, terutama jika melibatkan teknik regresi yang mendorong individu untuk menghidupkan kembali pengalaman traumatis dari masa kanak-kanak tanpa dukungan dan bimbingan yang tepat. Hal ini dapat menyebabkan trauma ulang dan memperburuk gejala kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Alih-alih hanya mengandalkan Inner Child Therapy, profesional kesehatan mental biasanya menggunakan perawatan berbasis bukti empiris (evidence-based), seperti terapi perilaku-kognitif (Cognitive Behavioral Therapy; CBT), terapi perilaku dialektik (Dialectical Behavioral Therapy; DBT), dan terapi psikodinamik, untuk mengatasi luka emosional dan meningkatkan penyembuhan. Perawatan ini didukung oleh bukti empiris dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan spesifik individu.

Penting untuk dicatat bahwa Inner Child Therapy mungkin tidak direkomendasikan sebagai terapi mandiri, tapi beberapa profesional kesehatan mental mungkin memasukkan aspek Inner Child Therapy ke dalam pendekatan pengobatan mereka sebagai pelengkap terapi berbasis bukti (evidence-based therapy). Namun, sangat penting untuk hanya datang pada profesional kesehatan mental yang berkualifikasi dalam bidangnya sehingga mereka dapat dijamin mampu membimbing individu dengan aman melalui proses terapi.

Bagaimanapun juga, sebuah istilah menjadi populer, bukan tanpa alasan. Ada beberapa alasan mengapa istilah inner child menjadi populer, yaitu:

  • Daya tarik emosional: Konsep inner child beresonansi dengan banyak orang karena menyentuh gagasan bagian dari diri kita yang tidak bersalah, rentan, dan membutuhkan pengasuhan.
  • Industri self help dan pengembangan diri: Popularitas industri self help dan pengembangan diri telah berkontribusi pada penyebaran konsep inner child melalui buku, lokakarya, dan terapi.
  • Media sosial dan internet: Meluasnya penggunaan media sosial dan internet telah mempermudah penyebaran ide dengan cepat, dan konsep inner child telah mendapatkan daya tarik melalui komunitas dan forum online.

Meskipun demikian, popularitas istilah inner child tidak menjamin bahwa pemahaman umum yang menyebar adalah pemahaman yang benar. 

Konsep inner child seringkali disalahartikan dalam beberapa kasus. Salah satu alasannya adalah istilah inner child bersifat metaforis yang dapat menimbulkan kebingungan tentang arti sebenarnya. 

Selain itu, beberapa orang menggunakan konsep inner child tanpa dasar pemahaman yang benar untuk membenarkan perilaku mereka yang tidak dewasa (immature) atau tidak bertanggung jawab, dan bukan sebagai alat untuk penyembuhan dan pertumbuhan pribadi.

Istilah yang lebih akurat untuk menggambarkan luka masa lalu atau pengalaman traumatis di masa kanak-kanak mungkin adalah "trauma masa kecil" atau childhood trauma dan "kesulitan masa kecil" atau childhood adversity. Istilah-istilah ini lebih akurat menyampaikan pengalaman sulit yang mungkin dihadapi seseorang selama masa kanak-kanaknya tanpa menyiratkan bahwa mereka adalah bagian inti dari identitas mereka.

Menggunakan bahasa yang akurat dan sensitif penting dalam mengatasi luka masa lalu dan mendorong penyembuhan. Dengan menggunakan istilah yang secara akurat menggambarkan trauma atau kesulitan masa kanak-kanak, individu dapat lebih memahami pengalaman mereka dan mulai sembuh dan maju.

Penting untuk mengakui dampak dari pengalaman masa lalu pada kehidupan kita, tetapi juga penting untuk menyadari bahwa kita memiliki hak pilihan dan kemampuan untuk menciptakan perubahan positif dalam hidup kita di masa sekarang dan untuk masa depan. (oni)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun