Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Trauma Masa Kecil Bukan Inner Child?

10 Maret 2023   10:02 Diperbarui: 11 Maret 2023   00:18 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan istilah inner child untuk menggambarkan luka masa lalu atau pengalaman traumatis di masa kanak-kanak merupakan pemahaman yang umum di Indonesia. Meskipun ini mungkin bukan definisi inner child yang diterima secara ilmiah, tapi beberapa individu dan terapis tetap mengartikan istilah tersebut dengan makna yang cenderung menimbulkan miskonsepsi.

Perlu dicatat bahwa istilah inner child awalnya mengacu pada kualitas positif yang dianggap ada dalam jiwa seseorang, seperti keceriaan, kreativitas, dan rasa ingin tahu. Menggunakan istilah untuk menggambarkan pengalaman negatif dari masa kanak-kanak mungkin membingungkan atau menyesatkan, karena dapat menunjukkan bahwa pengalaman negatif merupakan bagian inti dari identitas seseorang daripada sesuatu yang terjadi pada mereka.

Konsep inner child mengacu pada gagasan bahwa setiap orang memiliki batin yang mempertahankan kualitas seperti anak kecil seperti kepolosan, keajaiban, kreativitas, dan spontanitas. 

Inner child ini dianggap sebagai bagian dari jiwa seseorang yang terbentuk selama masa kanak-kanak dan diyakini memengaruhi perilaku, emosi, dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan.

Istilah inner child adalah salah satu yang populer di kalangan self-help dan pengembangan diri (personal development) tetapi bukan teori ilmiah yang diterima secara luas di bidang psikologi. Meskipun ada beberapa penelitian tentang pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk perkembangan selanjutnya, gagasan tentang inner child lebih merupakan metafora daripada konsep psikologis yang konkret.

Beberapa istilah lain yang mirip dengan konsep inner child adalah "true self", "authentic self", dan "core self". Istilah-istilah ini mengacu pada gagasan bahwa ada aspek fundamental dari diri sendiri yang terpisah dari pengkondisian sosial dan dapat diakses melalui kesadaran diri dan introspeksi.

Meskipun demikian, konsep inner child telah digunakan dalam terapi, seperti pada Inner Child Therapy, yang berfokus pada mengidentifikasi dan menyembuhkan luka emosional yang tercipta selama masa kanak-kanak. Ini didasarkan pada gagasan bahwa dari semua hal yang terdapat pada inner child seseorang, bagian yang berisi pengalaman dan emosi masa kanak-kanak yang belum terselesaikan dapat terus memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang hingga dewasa.

Dalam psikologi, Inner Child Therapy dapat dipandang sebagai bentuk terapi psikodinamik yang berfokus pada eksplorasi dan penyembuhan luka emosional yang belum terselesaikan sejak masa kanak-kanak. 

Terapi psikodinamik adalah jenis terapi yang menekankan peran proses bawah sadar dan pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.

Terdapat beberapa penelitian untuk mendukung keefektifan terapi psikodinamik secara umum, tetapi penelitian mengenai Inner Child Therapy sangat terbatas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun