Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - random

putriwulandari22022000@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kekecewaan di Balik Larangan Flexing bagi Pejabat

14 Maret 2023   18:00 Diperbarui: 23 Maret 2023   14:00 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu surat edaran larangan hedon (sumber: Konten Islam)

ilustrasi hedonisme dan flexing (sumber: Sampoerna University)
ilustrasi hedonisme dan flexing (sumber: Sampoerna University)

Hedonisme juga bisa membuat seseorang melakukan berbagai cara agar kebutuhan hidup yang berlebihan bisa dituntaskan, seperti mencuri, berhutang, bahkan hingga korupsi.

Perilaku hedonisme, flexing, atau berbagai kegiatan pamer kekayaan ini dianggap sebagai ujung dari ketidak transparan sumber kekayaan yang dilaporkan oleh para pegawai. 

Dengan surat arahan ini, masyarakat menganggap perusahaan-perusahaan tersebut hanya menutupi masalah sebenarnya.

Yang seharusnya ditekankan adalah sumber dari kekayaan untuk modal flexing ini. Apakah kekayaan ini didapatkan dari usaha yang legal? 

Apakah semua kekayaan para pejabat ini dilaporkan seluruhnya? Apakah seluruh kekayaan tersebut dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya?


Bahkan, banyak masyarakat yang berkomentar bahwa tidak apa-apa flexing di sosial media dan punya gaya hidup hedon, aslkan jelas darimana sumber kekayaannya. Jangan sampai, uang masyarakat yang jadi korban. 

Jangan sampai, kekayaan yang dipamerkan ini berasal dari korupsi atau berbagai bisnis ilegal yang dijalankan oleh pegawai pemerintahan. 

Yang masyarakat inginkan adalah sistem yang transparan. Sistem ini yang menjadi tolok ukur agar kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan semakin membaik.

Bagaimana menurut kalian? Apakah kebijakan untuk larangan hedon bagi pegawai pemerintahan ini sudah sesuai? Ataukah ada jalan keluar lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun