Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - random

putriwulandari22022000@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kekecewaan di Balik Larangan Flexing bagi Pejabat

14 Maret 2023   18:00 Diperbarui: 23 Maret 2023   14:00 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi orang kaya, memamerkan kekayaan. (sumber: iSTOCK/Deagreez via kompas.com)

Baru-baru ini, jagat sosial media dihebohkan dengan berita seorang siswa sekolah menengah yang dipukuli oleh seorang mahasiswa. 

Saat ini, siswa tersebut harus mendapatkan perawatan intensif karena cedera otak akibat berbagai pukulan yang diterimanya. Diduga, mahasiswa memukuli siswa tersebut karena motif asmara. 

Karena sangat geram akan kasus tersebut, banyak netizen yang kemudian mengunjungi berbagai akun sosial media milik si mahasiswa. 

Si mahasiswa memiliki berbagai unggahan foto dan video yang menampilkan banyak aset mahal seperti motor gede Harley Davidson dengan nilai 1,16 Miliar, mobil Jeep Wrangler Rubicon senilai hampir 2 Miliar, dan tag lokasi wisata yang sangat beragam.

Netizen pun kembali penasaran dengan latar belakang keluarga si mahasiswa arogan tersebut. Sang ibu diketahui seringkali mengunggah berbagai foto di sosial media dengan banyak benda mewah dan lokasi yang tidak kaleng-kaleng. 

Sang ibu juga memiliki dua usaha kuliner yang lumayan terkenal. Dan setelahnya, diketahui bahwa dia adalah anak dari salah seorang pejabat tinggi di Kementrian Keuangan. 

Karena ini pula, sang ayah diperiksa oleh pemerintah terkait kekayaan yang dia punya. Kasus ini berbuntut pada pemecatan dan pemeriksaan tiada henti akan dugaan berbagai kasus lain seperti pencucian uang yang diduga menyeret nama sang ayah. Bisnis milik ibunya juga mendapatkan banyak rating negatif di berbagai platform. Dan dirinya harus mendekam di dalam penjara untuk keperluan pemeriksaan setelah dikeluarkan dari universitas tempatnya belajar.

Selain kasus tersebut, masyarakat juga disuguhkan dengan berita seorang anak remaja dari pejabat tinggi di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang suka 'flexing' berbagai outfit mewah di sosial media miliknya. 

Dalam satu foto, diketahui bahwa dia menggunakan pakaian dari merek Balenc*aga senilai 22 juta. Karena perilaku ini, sang ayah harus mendapatkan banyak sorotan dan kecurigaan dari masyarakat terkait harta kekayaannya.

Karena ramainya kasus seperti ini, masyarakat pun menjadi mempertanyakan berapa gaji seorang PNS di berbagai lembaga pemerintahan. 

Masyarakat juga mempertanyakan apakah para pegawai tersebut memiliki usaha lain karena kemewahan yang dinikmati oleh keluarga mereka. 

Intinya, dari mana asal dari privilese ekonomi yang mereka dapatkan ini? Apakah dari gaji? Atau dari berbagai bisnis yang mereka miliki?

Berawal dari dua berita di atas, banyak lembaga yang mengeluarkan surat edaran agar pegawai mereka tidak hedon. Sebut saja Dirjen Perhubungan Laut, Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan PT. Pelindo. 

Ketiga lembaga tersebut mengeluarkan surat edaran yang berisi larangan untuk tidak berperilaku hedonisme dan arahan agar menerapkan pola hidup sederhana kepada para pegawai dan keluarga. Dalam surat-surat tersebut, pegawai juga ditekankan akan kewajiban menjaga citra perusahaan.

salah satu surat edaran larangan hedon (sumber: Konten Islam)
salah satu surat edaran larangan hedon (sumber: Konten Islam)

Bukannya setuju akan adanya surat edaran tersebut, banyak masyarakat yang justru kecewa. Pasalnya, yang menjadi fokus pemerintah bukan penyelesaian masalah yang sebenarnya.

Hedonisme berasal dari Bahasa Yunani, Hedone yang berarti kesenangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hedonisme merupakan pandangan yang menganggap bahwa setiap kesenangan dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan utama dalam hidup seseorang. Atau dalam kata lain, hedonisme adalah foya-foya.

Gaya hidup hedonisme membuat seseorang membeli berbagai barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan dengan tujuan kesenangan saja. 

Contohnya seperti gemar membeli mobil mewah, sering berbelanja, sangat royal tetapi kemampuan finansial yang tidak mencukupi, dan lain-lain. Tentunya, gaya hidup ini sangat berkebalikan dengan gaya hidup sederhana. 

Hedonisme biasanya diiringi dengan keinginan untuk selalu membagikan atau memamerkan kekayaan yang dipunyai. Kegiatan seseorang yang pamer tentang harta, pencapaian, dan berbagai hal lainnya kepada orang lain disebut dengan flexing.

Dikutip dari Kompas, gaya hidup ini memiliki beberapa efek yang buruk bagi kehidupan. Seseorang bisa menjadi sosok yang konsumtif, egois, boros, dan tidak bertanggungjawab. 

ilustrasi hedonisme dan flexing (sumber: Sampoerna University)
ilustrasi hedonisme dan flexing (sumber: Sampoerna University)

Hedonisme juga bisa membuat seseorang melakukan berbagai cara agar kebutuhan hidup yang berlebihan bisa dituntaskan, seperti mencuri, berhutang, bahkan hingga korupsi.

Perilaku hedonisme, flexing, atau berbagai kegiatan pamer kekayaan ini dianggap sebagai ujung dari ketidak transparan sumber kekayaan yang dilaporkan oleh para pegawai. 

Dengan surat arahan ini, masyarakat menganggap perusahaan-perusahaan tersebut hanya menutupi masalah sebenarnya.

Yang seharusnya ditekankan adalah sumber dari kekayaan untuk modal flexing ini. Apakah kekayaan ini didapatkan dari usaha yang legal? 

Apakah semua kekayaan para pejabat ini dilaporkan seluruhnya? Apakah seluruh kekayaan tersebut dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya?

Bahkan, banyak masyarakat yang berkomentar bahwa tidak apa-apa flexing di sosial media dan punya gaya hidup hedon, aslkan jelas darimana sumber kekayaannya. Jangan sampai, uang masyarakat yang jadi korban. 

Jangan sampai, kekayaan yang dipamerkan ini berasal dari korupsi atau berbagai bisnis ilegal yang dijalankan oleh pegawai pemerintahan. 

Yang masyarakat inginkan adalah sistem yang transparan. Sistem ini yang menjadi tolok ukur agar kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan semakin membaik.

Bagaimana menurut kalian? Apakah kebijakan untuk larangan hedon bagi pegawai pemerintahan ini sudah sesuai? Ataukah ada jalan keluar lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun