Di sektor pertanian, Kopi Bali telah lama mengisi menu kafe-kafe di luar Bali. Salak Bali juga telah lama dikenal, demikian juga dengan Jeruk Kintamani, manggis, apel dan anggur yang telah mulai dibudiayakan dalam skala perkembunan di berbagai wilayah perbukitan. Vanili Bali telah lama dikenal para pedagang vanili global. Ke dalam daftar ini masih bisa kita tambahkan nenas, pisang dan aneka hasil pertanian lain untuk menunjukkan bahwa tanah Bali selain indah tetapi juga subur. Selama ini tuntutan untuk pengelolaan secara maksimal kurang terdengar karena kalah oleh hiruk pikuk parisata yang selama beberapa dekade menjadi sebagai primadona ekonomi Bali.
Dengan kerentanan pariwisata terhadap gangguan-gangguan perisiswa yang berdampak global, sudah saatnya para pemangku kebijakan lebih serius membentengi pulau tersebut melalui diversifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang melibatkan lebih banyak tenaga kerja. Konsentrasi di bisnis pariwisat mesti diimbangi dengan konstrasi di bisnis hasil laut, pertanian, kerajian dan bidang-bidang lain. Sekali lagi, pariwisata mesti ditempatkan sebagai penunjuang pertumbuhan, bukan sebagai fundamen agar di tahun-tahun mentang pulau ini tidak selalu was-was terhada terpaan kelusan ekonomi global.
