Mohon tunggu...
putuglennytistanadithaputri
putuglennytistanadithaputri Mohon Tunggu... mahasiswi

Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

I Gusti Ngurah: Teladan Harmoni Dharma Agama dan Dharma Negara (Studi Kasus dalam Perspektif Hindu)

1 Juli 2025   14:46 Diperbarui: 1 Juli 2025   14:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

I Gusti Ngurah: Teladan Harmoni Dharma Agama dan Dharma Negara (Studi Kasus dalam Perspektif Hindu)

Contoh Fiktif: I Gusti Ngurah, seorang PNS beragama Hindu, selalu memulai harinya dengan sembahyang sebelum bekerja. Di tempat kerja, ia dikenal disiplin, jujur, dan tidak pernah menyalahgunakan wewenang. Ia juga aktif mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan dan menjaga hubungan baik dengan sesama rekan lintas agama.

Pertanyaan: Jelaskan bagaimana I Gusti Ngurah telah menjalankan dharma agama dan dharma negara dalam kehidupan sehari-hari!

PENDAHULUAN

Teladan dalam Harmoni: I Gusti Ngurah dan Integrasi Dharma

Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, menemukan individu yang konsisten mengamalkan nilai-nilai luhur dalam setiap aspek kehidupan adalah sesuatu yang langka dan patut dijadikan teladan. Salah satunya adalah I Gusti Ngurah, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) beragama Hindu, yang kesehariannya menjadi cerminan sempurna dari bagaimana dharma agama dan dharma negara dapat berjalan beriringan secara harmonis. Dari ritual sembahyang pagi yang tak pernah absen hingga dedikasi luar biasa dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara, serta perannya yang aktif dalam masyarakat, I Gusti Ngurah bukan hanya menjalankan kewajiban, melainkan menghidupi sebuah filosofi. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana pria ini berhasil mewujudkan prinsip-prinsip spiritual dan kebangsaan dalam setiap langkahnya, menawarkan perspektif berharga tentang integritas, pengabdian, dan toleransi di tengah keberagaman.

Kisah I Gusti Ngurah adalah representasi nyata dari bagaimana prinsip-prinsip luhur dapat diinternalisasi dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam perpaduan antara spiritualitas dan tanggung jawab kewarganegaraan. Kehidupannya bukan hanya sekadar rutinitas, melainkan sebuah manifestasi konkret dari dharma agama dan dharma negara yang saling melengkapi.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Dharma Agama: Fondasi Spiritualitas, Etika, dan Kerukunan

Bagi I Gusti Ngurah, dharma agama yang dalam konteks Hindu merujuk pada kebenaran universal, etika, kewajiban spiritual, serta panduan hidup yang membentuk karakternya secara utuh. Ini tercermin dalam beberapa aspek dalam kasus diatas:

  • Sembahyang sebagai Pondasi Diri dan Sumber Kekuatan Moral: Ritual sembahyang yang rutin dilakukannya setiap pagi sebelum memulai aktivitas kerja adalah inti dari praktik spiritualnya. Dalam ajaran Hindu, sembahyang (Puja atau Sembah Bhakti) adalah sarana untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), memohon bimbingan, ketenangan batin, serta kesadaran akan Dharma (kebenaran) dalam setiap tindakan. Ini adalah momen refleksi dan penguatan niat untuk berbuat baik. Dengan memulai hari dalam kondisi spiritual yang jernih, I Gusti Ngurah tidak hanya mempersiapkan diri secara mental, tetapi juga secara moral, sehingga segala keputusannya di tempat kerja didasari oleh etika yang kuat, integritas, dan niat baik. Fondasi spiritual ini memberinya kekuatan untuk menghadapi tantangan dan menolak godaan penyalahgunaan wewenang.
  • Toleransi dan Kerukunan Lintas Agama: Implementasi Nilai Universal: Salah satu poin paling menonjol dari pelaksanaan dharma agama I Gusti Ngurah adalah kemampuannya menjalin dan menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan kerja dari lintas agama. Ini merefleksikan nilai-nilai inti Hindu seperti Tat Twam Asi (Aku adalah Engkau, Engkau adalah Aku) yang mengajarkan kesatuan dan empati, serta Tri Hita Karana yang menekankan tiga penyebab kebahagiaan: keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Dengan menjalin relasi positif tanpa memandang perbedaan keyakinan, ia menunjukkan bahwa nilai-nilai agama universal seperti kasih sayang, pengertian, rasa hormat, dan persatuan melampaui sekat-sekat formal keyakinan. I Gusti Ngurah menjadi contoh nyata dari Bhinneka Tunggal Ika dalam lingkup mikro tempat kerja, menciptakan lingkungan yang kondusif, saling menghargai, dan produktif. Keberadaannya membantu menumbuhkan suasana yang harmonis dan jauh dari potensi konflik berbasis perbedaan.

Penjelmaan Dharma Negara: Integritas, Akuntabilitas, dan Pengabdian sebagai Abdi Negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun