Mohon tunggu...
Putri Haryanti
Putri Haryanti Mohon Tunggu... Fairy Dust

Creative Storytelling | Traveling | Cultural Exploration

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cerita dari Taman Nasional Way Kambas

12 September 2025   17:44 Diperbarui: 15 September 2025   14:05 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Savana Wy Kambas (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tanggal 10 September lalu, kita dikagetkan oleh kabar duka meninggalnya anak gajah bernama Kalistha Lestari, atau yang akrab disapa Tari, di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Riau. Kematian mendadak anak gajah ini mengejutkan banyak pihak, termasuk saya. Tari selama ini menjadi simbol harapan bagi konservasi Gajah Sumatera, yang populasinya kian terancam.

Saya pribadi merasa sangat terenyuh dan sesak, karena baru saja berlibur ke Taman Nasional Way Kambas di Lampung. Di sana, saya bertemu dengan seekor anak gajah bernama Nisa, yang usianya bahkan lebih muda dari Tari.

Momen bermain dengan Nisa yang lincah dan penuh rasa ingin tahu tentang lingkungannya kembali terbayang. Saya juga menyaksikan secara langsung bagaimana upaya konservasi gajah dilakukan di Way Kambas.

Suasana di Kapal Ferry (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Suasana di Kapal Ferry (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Perjalanan dari Pelabuhan Merak Menuju Bakauheni

Perjalanan saya dimulai dari Jakarta menuju Pelabuhan Merak pada Kamis malam dengan mobil bersama rombongan teman-teman. Trip ini sebenarnya dadakan, karena baru direncanakan H-1. Kami memutuskan untuk melakukan perjalanan road trip menuju Lampung.

Setibanya di Merak, kami langsung menyeberang menggunakan kapal ferry pada Jumat pukul 04.00 pagi. Jujur saja, ini adalah pengalaman pertama saya naik kapal ferry. Karena tidak terburu-buru oleh waktu, kami memilih kapal ferry reguler dengan durasi perjalanan sekitar 2,5--3 jam.

Malam itu cuaca cukup cerah namun air laut sedang pasang, namun masih dalam kondisi normal. Saya sempat tertidur selama perjalanan, tetapi menjelang subuh saya keluar ke dek kapal untuk menikmati udara pagi sambil menyapa angin laut.

Suasana Pagi dari Kapal (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Suasana Pagi dari Kapal (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Suasana laut di pagi hari terasa sangat berbeda dibanding malam sebelumnya. Matahari perlahan terbit dari ufuk timur, memantulkan cahaya jingga yang menghiasi hamparan laut. Dari kejauhan, saya mulai melihat daratan Pulau Sumatra yang jaraknya mungkin sekitar 30 km. 

Tak lama kemudian, kapal kami bersandar di dermaga. Kami tiba di Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 07.00 pagi. Mobil-mobil keluar dari kapal ferry secara bergantian, hingga akhirnya giliran kami pun tiba.

Perjalanan menuju Way Kambas

Setelah keluar dari dermaga, kami memutuskan untuk beristirahat sebentar di area pelabuhan sebelum melanjutkan perjalanan menuju Way Kambas, tempat penginapan kami berada. Dari Pelabuhan Bakauheni ke Way Kambas, perjalanan darat memakan waktu sekitar 4 jam tanpa melewati tol. Karena tidak terburu-buru, kami menempuh perjalanan dengan santai.

Sepanjang jalan, suasana terasa sepi. Kata teman saya yang orang Sumatra, jalan lintas Sumatra memang terkenal lengang seperti itu. Di beberapa titik ada ruas jalan yang rusak, namun masih bisa dilalui dengan aman. Saat mulai memasuki kawasan Way Kambas, pemandangan berubah menjadi hutan lebat yang mengantar kami menuju penginapan. Ternyata, penginapan kami berada di dalam kompleks Taman Nasional Way Kambas

Kegiatan di Area Taman Nasional

Kami tiba di penginapan sekitar pukul 13.00 siang. Setelah beristirahat sejenak dan teman-teman saya menunaikan salat Jumat, sekitar pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan menuju area konservasi dengan menggunakan mobil jeep yang disewa dari penginapan.

Untuk memasuki kawasan Taman Nasional Way Kambas, ada beberapa pilihan tur yang bisa dipilih pengunjung:

  • Tour mandiri pilihan yang saya dan teman-teman ambil.

  • Open trip & group tour biasanya ditawarkan oleh agen wisata lokal dengan harga yang bervariasi.

  • Custom tour paket tur yang disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan khusus.

Kami sendiri memilih menyewa mobil jeep dari penginapan dengan biaya sekitar Rp1.000.000 untuk 2 mobil jeep, belum termasuk tiket masuk wisata. Perjalanan ini menjadi awal dari pengalaman langsung kami berinteraksi dengan gajah dan menikmati suasana konservasi di Way Kambas. 

Nisa anak gajah primadona Way Kambas

Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah mengunjungi area konservasi atau pusat pelatihan gajah. Di sini, pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan gajah-gajah yang sudah dilatih, mulai dari memberi makan hingga berfoto bersama.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di sinilah saya bertemu dengan Nisa, seekor anak gajah lucu berusia baru 16 bulan. Karena masih kecil, Nisa belum mengikuti program pelatihan di taman nasional dan belum bisa dipisahkan dari induknya. Meski begitu, Nisa sudah menjadi "bintang kecil" di Way Kambas.

Tingkahnya yang lincah dan menggemaskan membuat Nisa sangat populer. Untuk bisa berfoto dengannya, kita justru harus mengikuti ke mana ia berlari atau bereksplorasi, karena ia lebih senang bermain dan penasaran dengan lingkungan sekitar. 

Popularitas Nisa bahkan sempat viral di media sosial, dan kehadirannya terbukti memberi dampak positif dengan meningkatnya jumlah pengunjung ke Taman Nasional Way Kambas

Selain berinteraksi, bermain, memberi makan, dan berfoto dengan gajah-gajah di area konservasi, pengalaman menarik lainnya yang ditawarkan adalah memandikan gajah secara langsung. Rutinitas memandikan gajah ini diadakan dua kali sehari dan terbuka untuk pengunjung.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ada momen lucu yang dialami adik saya saat memandikan Kartijah --- nenek dari Nisa. Tiba-tiba, Nisa berlari kecil menghampiri dan ikut mandi bersama. Tingkahnya yang polos dan dan lincah menggemaskan para pengunjung area konservasi.

Jelajah Alam Savana

Salah satu kegiatan yang paling berkesan di Taman Nasional Way Kambas adalah jelajah alam dan satwa liar. Dengan mobil jeep, kami berkeliling di hamparan savana Way Kambas yang luas, dikelilingi hijaunya pepohonan dan suara alam yang khas. Udara terasa segar, sesekali angin berhembus membawa aroma khas padang rumput.

Savana Way Kambas (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Savana Way Kambas (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di kejauhan, tampak kawanan gajah liar berjalan dengan tenang, beberapa sibuk merumput, sementara yang lain bergerak beriringan seakan menunjukkan ikatan kebersamaan yang kuat. Momen ini terasa begitu istimewa, karena di Way Kambas bukan hanya ada gajah yang sudah dilatih, tetapi juga gajah liar yang benar-benar hidup bebas di habitat aslinya.

Rasanya seperti kembali ke alam dalam bentuk paling murni, menyadarkan kita betapa pentingnya menjaga ruang hidup satwa-satwa ini agar tetap lestari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun