Sebagai pengguna harian KRL, saya membaca buku ini dengan rasa yang sangat personal. Di awal buku, suasana pandemi digambarkan dengan begitu nyata. Hiruk pikuk stasiun yang biasanya padat berubah menjadi ruang kosong yang senyap. Tapi KAI tak tinggal diam. Mereka bahkan membagikan 10.000 voucher tiket gratis bagi tenaga kesehatan dan guru yang menjadikan sebuah bentuk penghormatan yang patut diapresiasi.
Pak Didiek menyampaikan bahwa meski dalam kesulitan, "Kesulitan bukan alasan untuk menutup diri." Bahkan saat dunia runtuh, KAI tetap memilih membuka diri, memberi, dan hadir untuk masyarakat. Ini adalah bentuk kepemimpinan yang mengedepankan kebermanfaatan nyata---sebuah nilai yang kini mulai langka.
Kembali Melaju: Pasca Pandemi
Tahun 2022 menjadi titik balik. Dalam waktu tiga hari saja, dari 27 hingga 29 Maret, KAI berhasil mencatat penjualan tiket hingga 76.384 lembar. Angka ini menjadi bukti bahwa kepercayaan masyarakat kembali pulih. KAI tidak hanya bertahan, tapi bangkit dengan semangat yang baru.
Saya menyaksikan langsung bagaimana green line menjadi seperti pejuang pagi hari, blue line seperti gelombang manusia yang turun di stasiun Sudirman, Manggarai hingga Cikarang, red line yang padat luar biasa, dan juga yellow, brown, dan pink line yang menyusuri rel-rel kehidupan Jakarta hingga ke utara. Semua jalur ini bukan hanya membawa penumpang, tapi juga membawa cerita.
Cerita dari Dalam Gerbong
Saya termasuk penumpang yang punya banyak "kenangan" bersama KRL. Mulai dari yang menyebalkan, lucu, sampai dramatis.
Pernah suatu pagi, saya terjepit pintu saat buru-buru masuk ke gerbong. Rasanya sakit, tapi lebih malu sebenarnya. Lalu ada momen jatuh di tangga saat ingin berpindah peron, dan hanya bisa tertawa canggung saat bertatapan dengan petugas yang tampan.Â
Ada juga momen sendu, saat menangis di kereta. Bukan karena kereta telat, tapi karena masalah pribadi. Entah kenapa KRL sering jadi tempat paling pas untuk melepaskan air mata. Mungkin karena suasananya yang diam, penuh orang asing, tapi terasa hangat.
Tapi pengalaman yang paling tidak akan saya lupakan adalah ketika saya sedang mengalami vertigo saat di kantor dan nekat pulang naik KRL siang-siang. Di stasiun tujuan, saya berhasil turun... lalu langsung pingsan. Saat sadar, saya sudah di bopong oleh dua security menuju ruang kesehatan stasiun. Rasanya seperti kembali ke UKS waktu sekolah. Kepala saya berputar-putar, tapi saya sangat bersyukur karena ditangani dengan cepat dan baik.