Mohon tunggu...
Putri Jayatri
Putri Jayatri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Semesta senang sekali bercanda. Ia mendatangkan suka tanpa aba-aba, lalu meninggalkan luka dengan tiba-tiba.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lentera di Kala Gelap

11 Juli 2021   11:34 Diperbarui: 11 Juli 2021   13:25 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari pertama bekerja memang begitu terasa melelahkan, mungkin karena aku yang belum terbiasa menjalani pekerjaan, karena ini merupakan pengalaman pertama aku berkerja, dan lumayan menguras tenaga.

                                 ****

Sudah seminggu lamanya aku bekerja, hari demi hari berlalu begitu saja, aku yang sejak lama mencari informasi pendaftaraan untuk masuk universitas memutuskan untuk mendaftarkan diri, meskipun kedua orangtuaku tidak merestuinya. Aku tahu ini sangat tidak baik, namun semua memang harus dilakukan dengan kenekatan bukan? Aku yang telah mendapat gaji pertama selama seminggu training pun memutuskan untuk segera mengurus biaya pendaftaran dan semester awal kuliah, tak apa meski hanya ditemani tas kecil dibahuku, semoga ini menjadi langkah awal yang baik.

Aku tidak menyangka bisa melakukan hal senekat ini, mulai dari mengurus pendaftaran sendiri hingga melewati ujian masuk universitas pun sendiri tanpa support system dari keluarga, hal yang baru aku lalui ini memang tidaklah mudah, aku yang bekerja selama 12 jam disebuah pusat perbelanjaan pun harus tetap semangat karena ini jalan yang sudah aku pilih, rasa lelah dan sakitnya juga harus ditanggung sendiri, pagi untuk bekerja pulang hanya untuk beristirahat paginya kembali bekerja lagi begitu seterusnya, tak ada waktu untuk bersenang-senang menikmati hasil kerja keras.

"Bagaimana kerjamu hari ini Nak?" tanya Ibuku.

"Baik bu, aku punya banyak teman dan semuanya menyenangkan," jawabku dengan senyum yang sedikit kupaksakan, karena realitanya tidak sebahagia itu, aku berupaya menutupi lelahku hari ini agar orangtuaku tidak merasa khawatir.

"Kerja yang rajin ya Nak, besok Ibu siapkan bekal makan siangmu," kata ibu. Aku hanya mengangguk seraya tersenyum ke arahnya.

"Bu, aku sudah mendaftarkan diri untuk melanjutkan kuliah tapi ibu jangan khawatir karena biayanya aku yang menanggung pakai uang yang aku dapatkan dari bekerja, dan sebisa mungkin mencari beasiswa agar lebih ringan," kataku menjelaskan kepada Ibu.

"Maaf ya Nak karena Ibu belum bisa membiayai pendidikanmu, semoga segala niat baikmu bisa tercapai dan kelak kamu bisa menjadi orang yang sukses," jawab Ibu seraya menatapku penuh harap, aku bisa melihat seberapa besar harapannya kepadaku, aku adalah anak tunggal yang menjadi harapan kedua orangtuaku, tak akan kubiarkan mereka kecewa.

                                     ****

Hari-hari pun berlalu, bulan demi bulan berhasil kulewati dengan baik, lelah? Jangan ditanya, karena sudah pasti sangat melelahkan, ingin menyerah namun aku harus ingat dua hal, ada keluarga yang harus aku bahagiakan, dan ada kuliah yang harus ku bayarkan, seketika semangatku kembali pulih mengingat senyum diwajah orangtuaku nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun