Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Lentera di Kala Gelap

11 Juli 2021   11:34 Diperbarui: 11 Juli 2021   13:25 336 6
Malam ini terasa begitu sunyi ditemani rembulan yang begitu cantik menampakkan wujudnya,  namaku Rasya Hanifa, yang kulakukan saat ini hanya duduk menatap langit gelap yang membuatku seakan hanyut dalam lamunan, terlintas dalam benakku untuk hidup jauh lebih maju, ingin memiliki pendidikan tinggi agar bisa membanggakan kedua orang tuaku, mengingat ekonomi keluargaku yang serba kekurangan, dan Universitas Negeri yang berkali-kali kerap menolakku, hal itu hampir membuat diriku menyerah.

Semua rencana baikku seketika saja terhambat karena orang tuaku tidak memberikan restu, sempat terlintas olehku untuk bekerja sambil menjalani kuliah agar meringankan beban mereka, dengan begitu setiap kebutuhanku dapat terpenuhi serta bisa melanjutkan pendidikan hingga menjadi seorang sarjana.

Malam berganti pagi, rembulan berganti mentari, aku berniat membicarakan keinginanku untuk melanjutkan pendidikan kepada Ibu dan Bapak, aku sudah bisa menebak apa reaksi keduanya jika mendengar niatku ini, namun tidak ada salahnya juga mencoba sekali lagi.

"Rasya mau bicara, Bu, Pak. sebenarnya.... Rasya berniat untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, itupun jika Ibu dan Bapak menyetujuinya," ujarku sangat berhati-hati. Tak berani aku menatap mata dari keduanya, aku hanya menundukkan kepala dengan penuh harapan.

"Untuk apa Nak? Kamu kan tau kita ini miskin untuk makan saja susah apalagi biaya pendidikanmu itu," sahut Ibuku, sepertinya Ibu kurang setuju jika aku memilih melanjutkan pendidikanku.

"Apalagi biaya universitas swasta tidaklah murah, kamu ini anak perempuan untuk apa berkuliah kalau nantinya menikah dan mengurus suami di rumah," sambung Bapakku membuat wajahku kini berubah datar, mendengar itu bukannya nenyurutkan harapanku tetapi justru membuat tekad ku untuk berkuliah semakin bulat, aku ingin buktikan bahwa aku bisa menjadi seseorang yang sukses, karena perempuan juga bisa berprestasi agar tidak selalu direndahkan menjadi manusia lemah.

"Ingat Nak, Bapakmu ini kan hanya bekerja sebagai tukang kebun, gajinya tidak seberapa, mana cukup untuk membiayai pendidikanmu itu," kata Ibu, hatiku terenyuh mendengar perkataan Ibu.

"Besok aku ada panggilan interview disalah satu pusat perbelanjaan, doakan semoga lancar," kataku.

Aku beranjak mempersiapkan pakaian apa yang akan aku kenakan saat interview nanti, ketika sudah siap aku pun beranjak untuk tidur.

Pagi hari tiba, setelah berpamitan aku berangkat untuk interview kerja, aku pergi dengan menggunakan transportasi umum berupa angkot, untung saja pagi ini tidak begitu macet jadi bisa sampai tepat waktu.

Aku yang telah selesai interview langsung mendapat pengumuman bahwa aku diterima dan sudah bisa bekerja pada hari ini, tak lupa aku hubungi orang tuaku untuk mengabari bahwa aku sudah diterima bekerja dan pulang malam hari ini.

Hari pertama bekerja memang begitu terasa melelahkan, mungkin karena aku yang belum terbiasa menjalani pekerjaan, karena ini merupakan pengalaman pertama aku berkerja, dan lumayan menguras tenaga.

                                 ****

Sudah seminggu lamanya aku bekerja, hari demi hari berlalu begitu saja, aku yang sejak lama mencari informasi pendaftaraan untuk masuk universitas memutuskan untuk mendaftarkan diri, meskipun kedua orangtuaku tidak merestuinya. Aku tahu ini sangat tidak baik, namun semua memang harus dilakukan dengan kenekatan bukan? Aku yang telah mendapat gaji pertama selama seminggu training pun memutuskan untuk segera mengurus biaya pendaftaran dan semester awal kuliah, tak apa meski hanya ditemani tas kecil dibahuku, semoga ini menjadi langkah awal yang baik.

Aku tidak menyangka bisa melakukan hal senekat ini, mulai dari mengurus pendaftaran sendiri hingga melewati ujian masuk universitas pun sendiri tanpa support system dari keluarga, hal yang baru aku lalui ini memang tidaklah mudah, aku yang bekerja selama 12 jam disebuah pusat perbelanjaan pun harus tetap semangat karena ini jalan yang sudah aku pilih, rasa lelah dan sakitnya juga harus ditanggung sendiri, pagi untuk bekerja pulang hanya untuk beristirahat paginya kembali bekerja lagi begitu seterusnya, tak ada waktu untuk bersenang-senang menikmati hasil kerja keras.

"Bagaimana kerjamu hari ini Nak?" tanya Ibuku.

"Baik bu, aku punya banyak teman dan semuanya menyenangkan," jawabku dengan senyum yang sedikit kupaksakan, karena realitanya tidak sebahagia itu, aku berupaya menutupi lelahku hari ini agar orangtuaku tidak merasa khawatir.

"Kerja yang rajin ya Nak, besok Ibu siapkan bekal makan siangmu," kata ibu. Aku hanya mengangguk seraya tersenyum ke arahnya.

"Bu, aku sudah mendaftarkan diri untuk melanjutkan kuliah tapi ibu jangan khawatir karena biayanya aku yang menanggung pakai uang yang aku dapatkan dari bekerja, dan sebisa mungkin mencari beasiswa agar lebih ringan," kataku menjelaskan kepada Ibu.

"Maaf ya Nak karena Ibu belum bisa membiayai pendidikanmu, semoga segala niat baikmu bisa tercapai dan kelak kamu bisa menjadi orang yang sukses," jawab Ibu seraya menatapku penuh harap, aku bisa melihat seberapa besar harapannya kepadaku, aku adalah anak tunggal yang menjadi harapan kedua orangtuaku, tak akan kubiarkan mereka kecewa.

                                     ****

Hari-hari pun berlalu, bulan demi bulan berhasil kulewati dengan baik, lelah? Jangan ditanya, karena sudah pasti sangat melelahkan, ingin menyerah namun aku harus ingat dua hal, ada keluarga yang harus aku bahagiakan, dan ada kuliah yang harus ku bayarkan, seketika semangatku kembali pulih mengingat senyum diwajah orangtuaku nanti.

Aku duduk dikantin untuk makan siang, bekal sederhana berupa telur dadar dan mie goreng instant menemani nasi putihku siang ini, ibuku yang menyiapkannya, bagiku ini menjadi santapan siang yang nikmat karena dimasak dengan penuh ketulusan. Aku makan bersama teman-teman kerjaku yang mendapat jatah istirahat dijam yang sama denganku.

"Sya, kamu sambil kuliah juga kan, gimana kuliahnya, apa nggak capek kerja dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam ditambah harus menjalani kuliah juga, gimana cara membagi waktunya?" tanya salah satu temanku yang bernama Salsa.

"Aku sudah bicarakan ini pada pihak atasan sejak awal, jika aku bekerja dan juga kuliah, jadi bisa izin jika ada jadwal kuliah dan tetap bekerja jika kuliahku sudah selesai," jawabku seraya tersenyum, aku yang dikenal dengan si murah senyum pun tak mau menunjukkan sisi keterpurukanku.

"Hebat banget, pasti berat ya harus ngejalanin keduanya secara bersamaan?" tanya temanku yang lain, namanya Dira.

"Ya begitulah, tapi kan harus tetap semangat, nggak boleh nyerah," kataku seraya tersenyum.

"Kalau pas ada tugas-tugas kuliah gimana Sya kamu ngerjainnya, kita saja kan kerja dari pagi sampai malam?" tanya Salsa.

"Aku kerjakan saat malam hari ketika pulang bekerja, kalau tidak sempat malamnya, aku cicil saat jam istirahat agar sedikit demi sedikit bisa selesai," jawabku lagi.

"Dengar-dengar ada beasiswa di kampusmu itu ya, kenapa nggak daftar aja, kan lumayan untuk meringankan biaya kuliahmu, saudaraku juga ikut beasiswa itu dan alhamdulillah lolos," kata temanku yang langsung membuatku tertarik untuk mencobanya.

"Wah sepertinya ini bisa jadi jalan yang baik buatku," gumamku.

Seketika aku berniat untuk mengikuti beasiswa itu, mencari informasi lewat web dan melihat apa saja persyaratannya, pulang bekerja aku berencana menyiapkan semua berkas-berkas yang dibutuhkan.

Pada pukul 19.40 aku sampai di rumah, karena malam ini macet jadi harus pulang lebih lama, langsung saja ku hampiri Ibu yang sedang melipat pakaian diruang tengah, lalu kutanyakan dimana berkas-berkas itu disimpan, ibuku membantu menyiapkannya lalu berkas pun satu persatu telah siap. Aku terus berdoa agar semua niatku dilancarkan tanpa halangan apapun.

Seminggu setelah berkas-berkas itu aku serahkan kepada pihak yang bersangkutan, kini saatnya pengumuman nama-nama yang berhasil memenuhi persayaratan dan mendapatkan beasiswa, aku terus memandangi ponselku untuk membuka pengumumannya. Aku lihat dengan sangat teliti baris demi baris deretan nama pada kolom penerimaan beasiswa.

"Alhamdullah Bu, Pak, Rasya lolos," ucapku secara spontan ketika melihat namaku dengan sangat jelas terpampang di kolom pengumuman, aku memeluk kedua orangtuaku lalu meneteskan air mata kebahagiaan, Ibu dan Bapakku ikut merasakan kebahagiaan yang aku rasakan, mengelus puncak kepalaku dengan penuh kelembutan.

"Aku janji akan menjadi mahasiswa yang baik dan berprestasi, tunggu aku sukses ya Bu, Pak," kataku  menatap keduanya secara bergantian.

Ibu dan Bapak mengangguk lalu kembali memelukku, malam ini menjadi malam yang membahagiakan buatku dan juga kedua orangtuaku.

Kini aku menjalani kuliahku dengan penuh semangat, aku sangat bersyukur bisa mendapatkan jalan untuk mengejar mimpi-mimpiku dimasa depan, diawali dengan berbagai macam konflik yang acap kali membuatku hampir menyerah.

Namun, semangatku tidak pernah pudar untuk selalu memberikan yang terbaik kepada dunia, meskipun belum semaksimal itu usahaku tetapi jika sudah niat maka akan diberikan kemudahan, aku selalu yakin bahwa rencana Allah itu indah, bersabar adalah kunci dari setiap kesuksesan.

Aku menjalani pendidikan S-1 ku ini selama 4 tahun dengan memilih progam studi Manajemen bisnis, kenapa aku memilih itu? Karena aku ingin menjadi pribadi yang terus berkembang dengan mencoba sesuatu yang baru, bahkan yang belum pernah aku coba sekalipun, hal-hal baru dapat memperluas wawasan dan pengetahuanku, bahkan menambah pengalaman baru.

Sebelumnya aku memang tidak tahu tentang jurusan yang kupilih ini, namun seiring berjalannya waktu perlahan aku bisa menguasai setiap materi yang disampaikan oleh dosen, karena ilmu yang diberikan sangatlah  berharga untuk bekal dimasa depanku kelak, aku mencari tahu apa yang aku belum pahami hingga aku mengerti.

Aku masih tetap bekerja dan terus melanjutkan pendidikanku hingga menjadi seorang sarjana, bahkan semangatku tidak pernah luntur terkikis oleh waktu. Meski lelah kerap kali kurasakan namun itu tidak sedikitpun membuatku menyerah, karena aku yakin akan ada pelangi setelah hujan, akan ada saatnya aku bahagia menikmati setiap proses panjang yang sudah kulewati.

                                 ****

Tiba saatnya aku memasuki semester akhir, aku memutuskan untuk resign dari pekerjaanku yang sebelumnya dan mencari pekerjaan yang jauh lebih santai untukku, karena di semester akhir ini aku mulai disibukkan dengan pembuatan skripsi, jadi harus lebih fokus dan berkonsentrasi agar bisa segera aku selesaikan.

Aku berusaha semaksimal mungkin dalam pengerjaan skripsiku, sulit itu sudah pasti, namun kesulitan itulah yang mendorongku untuk bisa segera menyelesaikannya, aku meminta bantuan kepada dosen pembimbing untuk diberikan pengarahan tentang skripsiku hingga benar-benar terselesaikan. Sebelum itu aku sudah melewati pembuatan Proposal Skripsi yang akhirnya disetujui dan melanjutkan ke penyusunan skripsi.

Butuh waktu yang tidak cepat untuk menyelesaikan skripsiku ini, setelah ku selesaikan skripsi yang sudah aku susun sebaik mungkin aku masih harus mengikuti seminar proposal. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun