Mohon tunggu...
Putra Tuhu Aryasuta Dewangga
Putra Tuhu Aryasuta Dewangga Mohon Tunggu... 24107030124

Mahasiswa Universitas Islam Sunan Kalijaga, Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Bola

5 - 3 Di Titik Putih: Portugal Juara, Spanyol Pulang Bermimpi

9 Juni 2025   20:05 Diperbarui: 9 Juni 2025   20:05 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Okezone Bola

Malam 8 Juni 2025 menjadi saksi pertarungan epik di Allianz Arena, Munich, antara dua raksasa sepak bola Eropa: Portugal dan juara bertahan Spanyol. Drama memuncak berakhir 2--2 setelah 120 menit, dan akhirnya Portugal menjuarai melalui adu penalti 5--3. Keberhasilan ini mempertegas dominasi lusitan, menjadi tim pertama yang meraih gelar Nations League dua kali 

Detik-detik penentu makin mencekam saat Spaniard lvaro Morata---meski menjadi eksekutor---gagal menuntaskan tendangannya, memberi jalan bagi Rben Neves yang akhirnya merobek gawang hingga menyegel kemenangan. Emosi meledak saat Cristiano Ronaldo, kapten Portugal berusia 40 tahun, tak kuasa menahan air mata kegembiraan setelah gelar ketiga tingkat nasionalnya, setelah Euro 2016 dan Nations League 2019 

Setting & Rivalitas Iberia

Allianz Arena yang bergaya modern itu menjadi panggung pertemuan dua budaya sepak bola yang penuh kebanggaan. Final antara dua negara Iberia bukan pertama kali, tetapi ini adalah yang pertama kalinya kedua finalis merupakan pemegang gelar Nations League sebelumnya. Portugal, asuhan Roberto Martnez, menggunakan momentum semifinal penuh drama melawan Jerman, yang mereka menangi berkat gol Ronaldo---membuka jalan menuju Munich 

Babak I: Silih Berganti Serangan

Spanyol membuka keunggulan lewat Martn Zubimendi pada menit ke-21, memanfaatkan umpan silang matang Lamine Yamal. Namun, lima menit kemudian, Portugal merespons cepat: Nuno Mendes membayar kepercayaan full-back kiri dengan gol penyama---hasil umpan cerdas dari Ronaldo. Menjelang jeda, Mikel Oyarzabal menggandakan keunggulan Spanyol melalui eksekusi apik dari assist Pedri. Skor 2--1 menjadi penutup separuh awal yang intens. 

Babak II: Pertarungan Generasi

Paruh kedua menampilkan dominasi Portugal secara emosional. Puncaknya datang pada menit ke-61 saat Ronaldo menuntaskan peluang dari jarak dekat, menggenapkan gol internasionalnya menjadi 138, menjadikannya pencetak gol tertua di final Nations League . Tak lama setelah itu, ia mengalami cedera dan digantikan, namun golnya itu sudah cukup memaksa laga memasuki extra time.

Extra Time: Keletihan dan Stalemate

Selama 30 menit ekstra, kedua tim tampak kewalahan akibat kelelahan. Spanyol kehilangan ritme dominasi, sedangkan Portugal kesulitan menerobos pertahanan rapat La Roja. Hingga babak tambahan usai, skor tidak berubah---memaksa adu penalti.

 Adu Penalti: Tekad dan Kegagalan

Sesi adu penalti menjadi panggung dramatis. Portugal mengeksekusi kelima tendangan dengan sempurna. Di sisi lain, Morata yang ditunjuk pelaksanaan penalti keempat gagal menjalankan tugas---tendangannya lemah dan dapat ditangkap Diogo Costa, penjaga gawang Portugal e.vnexpress.net+5reuters.com+5firstpost.com+5. Rben Neves bertindak tenang dalam tendangan terakhir, mempersembahkan kemenangan 5--3 untuk Portugal dan menghidupkan pesta nasional lusitan

Sorotan Performa Pemain

  • Nuno Mendes (Portugal) -- Dibayar tuntas dengan gelar Man of the Match, gol pembuka, serta solid dalam bertahan sepanjang laga. 

  • Cristiano Ronaldo (Portugal) -- Meski hanya 22 sentuhan bola, ia memanfaatkan satu peluang vital menjadi gol penyeimbang---138 golnya terpatri dalam sejarah .

  • Rben Neves (Portugal) -- Pemain gelandang yang tenang jadi penentu kemenangan lewat penalti final.

  • Martn Zubimendi & Mikel Oyarzabal (Spanyol) -- Pembuka keunggulan dan penyumbang gol kedua; Oyarzabal pun mencatatkan gol final ketiganya bersama Spanyol. 

  • Lamine Yamal (Spanyol) -- Remaja 17 tahun yang dielu-elukan, namun malam Munich kurang bersinar, lebih banyak dikawal ketat oleh Mendes e.

  • Diogo Costa (Portugal) -- Penyelamat adu penalti, khususnya saat menggagalkan tembakan Morata.

Kutipan Emosional & Reaksi

  • Ronaldo, menahan haru:

    "Winning for Portugal is always special. I have many titles with clubs, but nothing is better than winning for Portugal. It's tears. It's duty done and a lot of joy."

  • Pelatih Spanyol Luis de la Fuente menunjukkan rasa hormat:

    "Details do make the difference... they were just slightly better and more effective in the shootout." 

  • Morata bersikap reflektif:

    "Es una posibilidad que no est en septiembre... en la vida hay que aprender."

  • Media global melihat duel generasi: Ronaldo v/s Yamal, dan yang lebih tua menang

Konteks & Rekor

  1. Rekor ganda Nations League: Portugal jadi tim pertama yang meraih titel ini dua kali---2019 dan 2025.

  2. Ronaldo sang legenda: Gol ke-138 dan pencetak gol tertua, mempertegas warisan abadi. Sudah tiga gelar internasional. 

  3. Kontras generasi: Duel simbolik antara Ronaldo (40) dan Yamal (17), legasi yang berjalan berdampingan.

  4. Spanyol: Meski tertahan, tetap patut diacungi jempol---tak terkalahkan sejak Maret 2023 sampai semifinal ini.

Dampak & Implikasi

  • Portugal: Momentum positif jelang kualifikasi Piala Dunia 2026; mental juara diuji dan dibangun  di Munich.

  • Spanyol: Rasa bangga tetap tinggi, tim muda wajib digembleng guna bersaing di turnamen besar berikutnya.

  • Ronaldo: Konflik antara karier klub (negosiasi Al-Nassr, tertarik tether ke AS) vs. dedikasi nasional semakin pelik . Setelah gelar ini, sejenak ia akan fokus pemulihan cedera.

Penutup

Final Nations League 2025 bukan sekadar duel antar tim, tetapi simbol kebangkitan Portugal dan pewarisan mahkota kepemimpinan Cristiano Ronaldo. Meski laga polyester penuh taktik dan ketegangan, akhirnya emosi yang menang---air mata kegembiraan sang ikon di kubu juara mengalahkan segala drama intensitas dan sejarah rivalitas Iberia.

Munich menjadi saksi bisu keberhasilan generasi veteran menyelam into legacy, dan generasi muda menatap masa depan penuh percaya diri. Bagi Portugal, ini bukan tujuan akhir, tapi batu loncatan menuju kejayaan di Piala Dunia. Bagi Spanyol, ini pengingat bahwa meski juara, mempertahankan puncak adalah perjuangan tiada henti. Dan bagi dunia, ini pengingat bahwa di sepak bola, kadang emosi mengeja sejarah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun