Mohon tunggu...
Putra Tente
Putra Tente Mohon Tunggu... Dosen - Aktivis sosial

Mengamati dunia politik Indonesia terkait desentralisasi/otonomi daerah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Klaim Islam Mayoritas Hanya Lips Service Belaka

30 Januari 2023   00:11 Diperbarui: 25 Oktober 2023   13:05 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyaknya entitas islam satu gambaran islam adalah plural banyak entitas turut memengaruhi soliditas, kekuatan dan persatuan umat islam sendiri baik dalam urusan kemaslahatan umat maupun urusan sosial,politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan sebenarnya adalah modal untuk mengentas berbagai persoalan pelik yang sedang dihadapi oleh umat islam, masyarakat,bangsa maupun negara, dimana saat ini dirasa soliditas umat maupun hubungan dengan kelompok dominan kurang harmonis dan kesadaran itu mulai tergerus kearah perilaku hedonisme dan eksklusifitasme atau perilaku mengasingkan diri dari dunia sosial dan sikap tersebut semakin memperjelas sikap intoleran terhadap intra atau sesama umat islam, karena diantara mereka bukan saling memintarkan akan tetapi merrka saling adu pintar-pintaran atau hanya kelompoknya sendiri yang benar sementara yang lain tidak benar.

Sebenarnya keharmonisan dan soliditas umat islam adalah modal utama memajukan peradaban umat islam dan perihal itu pernah terjadi dimana kehidupan islam yg terjadi madinah bisa dilihat napak tilasnya dalam (piagam madina), sementara keharmonisan umat islam pada negara kita pun "pernah" terjadi kesadaran keislaman itu muncul baca : filsafat dan sejarah politik islam Indonesai (abad 17 hingga 2000) dan pada pemilu tahun 1955  terselenggara kontestasi demokrasi tahun 1955, ketika itu tingkat kordinasi, konsolidasi,mediasi politik intra entitas islam sangat solid  menghadirkan suasana kekompakan,kepedulian yang menjanjikan sebuah harapan baru bagi kemajuan islam akan tetapi  sikap toleran intra atau sesama umat islam tidak bertahan lama komflik umat islam pun kembali terjadi antara lain konflik NU dan DI/TI.

Padahal, kala itu semangat dan animo preferensi politik umat islam yang sangat solid, alhasil pada pimilu 1955 perolehan suara partai Masumi sebagai representasi umat islam, berhasil keluar sebagai juara kedua (2) dibawah partai PNI besutan Ir. Sukarno.

Kegemilangan perjuangan para tokoh islam pada kontestasi politik (pemilu 1955) apakah bisa kembali pada pemilu 2024. bagaimana menjawab harapan tersebut tentunya kita perlu memeriksa kembali napak tilas politik islam sejak pemilu 1971 hingga pemilu 2019 lalu, dari pemilu ke pemilu tersebut terlihat soliditas politik umat islam tercerai berai alias berantakan yang ditandai timbul-tenggelamnya usaha kelompok dominan islam baru tokoh Islam seperti "Ky Zainudin Mz" mendirikan partai dan menawarkan konsep dan gagas atau pemikiran Alternatif baru yang berbeda dengan kelompok dominan saat itu, begitu pun Yusril Izhamahendra menghadirkan  partai PBB sebagai masumi baru, PBB pun mengalami kegagalan seperti partai Kiyai Zaenudin MZ.

Mengapa PKB-PPP-PAN &PKS bisa eksis.

PKB (partai kebangkitan bangsa)  partai ini lahir dari entitas politik kaum nahdiyin (NU).

PAN (Partai Amanat Nasional) lahir dari entitas muhammadiyah.

PPP (Partai Persatuan Pembangunan) representasi dari politik islam entitas persis.

PkS ( partai keadilan Sejahtera) adalah representasi politik islam entitas, Ihwanul Muslim dan Hizbut Tahrir.

Sebenarnya partai bercorak islam diatas bisa eksis dan mengusung cita-cita untuk membumikan politik yang bercita rasa islam namun cita-cita itu bersifat jargon utopis batu sandung penghalanya adalah corak sosial kultur dan sikap politik masyarakat indoensia yang plural ada berjiwa nasionalis dan bersifat moderat selain batu sandung itu  permaslahan internal islam sendiri yang masing-masing memiliki tradisi dan doktrin sendiri dan masih dijunjung tinggi oleh masing-masing entitas islam, bila melihat data dari pemilu ke pemilu membuktikan bahwa hasil pemilu selalu dimenangkan oleh partai-partai Nasionalis macam partai Golkar, PDIP ini menujukan bukti bahwa sikap politik rakyat Indoensia lebih pada sikap politik moderat atau berorientasi pada politik kebangsaan seperti sikap yang tunjukan oleh ormas islam Nahdatul Ulama.

Dari realitas politik diatas bisa disimpulkan masyarakat indonesia adalah mayoritas islam tapi dalam preferensi dan afiliasi politik umat islam kecenderungan moderat, inksklusif, terbuka dan rasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun