Di tengah naiknya harga beras, gaji kerja tak karuan, dan skincare yang harganya bikin dompet auto tobat, satu hal yang tetap tak boleh dilupakan: bau ketek.
Iya, ketek. Bagian tubuh yang kadang tak terlihat, tapi bisa sangat terasa. Terutama buat orang-orang yang duduk satu baris sama kamu di bus Transjakarta atau kereta KRL jam pulang kantor atau sekolah. Ketika AC tak mampu melawan bau ketek, di sanalah tragedi dimulai.
Maka dari itu, izinkan kami memperkenalkan satu benda sakti, yang dulu mungkin hanya kamu temui di lemari nenekmu, atau di aplikasi Oren gadgetmu: tawas.
Bukan, ini bukan endorse. Ini dakwah. Dakwah untuk menyelamatkan hidung umat manusia dari aroma-aroma duniawi yang membingungkan.
Tawas, si kristal putih polos, mungkin bukan pilihan utama generasi skincare enthusiast yang raknya penuh merek luar negeri. Tapi justru di situlah kekuatannya: low profile tapi high impact.
Kaum mendang-mending—yaitu kaum yang hidupnya selalu berada di antara dua pilihan: "mending beli nasi padang atau hemat buat akhir bulan", "mending lanjut skripsi atau rebahan dulu"—akhirnya menemukan harapan baru dalam hidup yang serba tanggung ini. Tawas adalah jawaban dari semua keraguan itu.
Untuk nge-date? Bisa.
Untuk berhemat? Bisa.
Untuk diwariskan sampai punya anak? Bisa banget.
Mengenal Si Putih Bening Tawas