Mohon tunggu...
Jamur Pena
Jamur Pena Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Media hiburan berwawasan, agar bisa kenal lebih dekat bisa follow akun instagram @putranug__ .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Agama Badut

6 Maret 2025   16:27 Diperbarui: 6 Maret 2025   16:45 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, penilaian PISA dilakukan untuk men-survei tingkat literasi siswa berusia 15 tahun khususnya dalam hal membaca, matematik, dan sains. Ada 83 negara yang ikut berpartisipasi termasuk Indonesia.

Pada tahun 2018, skill membaca siswa di Indonesia mendapat peringkat ke 72, matematika peringkat ke 72 dan sains peringkat 70 dari 78 negara. Namun pada tahun 2022 Indonesia memiliki kenaikkan tapi bukan karena skornya lebih tinggi, melainkan karena negara partisipannya lebih banyak.

Soal dalam PISA terdiri dari level 1-6, rata-rata pelajar Indonesia bisa menyelesaikan soal di bawah level 2. Pada tes membaca, hanya 25%  pelajar Indonesia yang bisa mencapai level 2 dan 12% pelajar Indonesia bisa menyelesaikan matematika level 2 ke atas. Sedangkan rata-rata pelajar dunia 72% tes membaca dan 69% tes matematik level 2.

Kedua, penilaian PIAAC untuk mengukur tingkat kompetensi dan kemampuan orang dewasa. Survei ini mengukur tingkat kemampuan masyarakat dalam rentang usia 16-65 tahun di bidang literasi, numerasi, dan problem solving. Ada 40 negara yang ikut berpartisipasi termasuk Indonesia.

Pada survei ini warga Jakarta yang ikut serta mewakili program ini. Secara logika seharusnya ibu kota memiliki literasi yang bagus, karena paparan edukasi yang sangat total. Namun, skor Indonesia di PIAAC berada di peringkat paling bawah, bisa dibilang lebih buruk dari skor PISA.

Menurut chairil Abdini, dalam bidang literasi hanya 70% orang dewasa di Jakarta yang memiliki kemampuan memahami informasi dari tulisan pendek, tapi kesulitan untuk memahami informasi dari tulisan yang lebih panjang.

Sedangkan menurut UNESCO, Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia yakni hanya 0,001%. yang berarti dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Adapun riset dari Central Connecticut State University pada tahun 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca.

Tradisi Literasi

Literasi telah menjadi tradisi sejak zaman dahulu. Dalam Al-Qur'an, ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah "Iqra'" yang berarti "Bacalah" (Q.S. Al-'Alaq: 1), menunjukkan pentingnya budaya membaca bagi umat beragama.

Pada Perang Badar, terdapat sekitar 70 tawanan dari kaum Musyrik Quraisy yang ditangkap oleh umat Islam. Salah satu cara Rasulullah SAW membebaskan mereka adalah dengan memberi syarat agar mereka mengajarkan baca-tulis kepada penduduk Madinah. Setiap tawanan diminta untuk mengajarkan sepuluh penduduk Madinah, sehingga berkat kebijakan ini, sekitar 700 penduduk Madinah dewasa berhasil terbebas dari buta huruf.

Budaya literasi terus mendorong umat beragama hingga pada masa keemasan Arab dan Islam (The Golden Age of Arabic and Islam) --disebut seperti itu karena ada sebagian tokoh besar adalah orang-orang arab  tetapi non-muslim. Hingga membangun perpustakaan terbesar yaitu Bait Al-Hikmah yang menjadi jantung pembudayaan literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun