Mohon tunggu...
Jamur Pena
Jamur Pena Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Media hiburan berwawasan, agar bisa kenal lebih dekat bisa follow akun instagram @putranug__ .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Agama Badut

6 Maret 2025   16:27 Diperbarui: 6 Maret 2025   16:45 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang tak acuh lagi terhadap agama & dakwah, lalu menganggapnya sebagai candaan/dokumen pribadi

Agama tidak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui agama, kehidupan manusia bisa terkontrol sehingga dapat dijadikan acuan norma oleh para penganutnya. Secara tidak langsung agama berfungsi sebagai pengawasan sosial individu maupun kelompok.

Banyak orang memandang agama sebagai jalan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Agama mengajarkan nilai-nilai suci yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa orang beragama untuk mencari kedamaian, mengagungkan Tuhan, dan mengikuti ajaran-Nya. Namun, ada pula yang berpindah agama demi mencari kebaikan yang lebih sempurna. Selain itu ada juga yang menggunakan agama untuk tujuan pribadinya yang dianggap baik.

Agama seharusnya menjadi sumber kedamaian, namun saat ini sering dijadikan 'Jokes', 'meme', atau bahkan alat untuk menyerang agama lain. Fenomena ini terjadi baik di media sosial maupun dunia nyata. Agama tidak lagi dianggap sakral dan malah dijadikan bahan perdebatan, sehingga orang menjadi ragu untuk mengikuti ajaran agamanya.

Agama yang kita kenal sebagai "rahmatan lil 'alamin"  kini merubah sudut pandang kita menjadi agama yang pantas dijadikan sebuah lelucon. Ada beberapa faktor yang sangat terlihat jelas dalam polemik ini, diantaranya:

1. Fanatisme (Konflik Internal dan External)

Kata fanatisme berasal dari dua kata yaitu "fanatik" dan "isme." Fanatik sebenarnya berasal dari bahasa Latin "fanaticus", yang dalam bahasa Inggrisnya diartikan sebagai frantic atau frenzied. Artinya adalah gila-gilaan, kalut, mabuk atau hingar binger.

Menurut KBBI, fanatisme adalah keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama, dll.). Biasanya dalam bahasa arab sikap fanatisme sering didengar dengan sebutan "'Ashabiyyah".

Sebuah penelitian membuktikan munculnya konflik karena faktor perbedaan kelas sosial sebanyak 2,2%, budaya 3,2%, suku 2,3%, kepentingan 0,7%, pribumi-non pribumi 2,6% dan faktor agama 10,8 %.1 Dalam hal ini, agama menduduki peringkat pertama sebagai pemicu timbulnya konflik dalam kehidupan sosial.

Faktor External

Dalam faktor eksternal, agama sering dijadikan sebagai tolok ukur kebenaran. Fanatisme adalah bentuk pengabdian yang tinggi terhadap agama, yang seharusnya mendorong seseorang untuk mengamalkan ajaran agamanya dengan baik. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan atau permusuhan.

Menurut Mun'im A. Sirry, perbedaan agama bukanlah halangan untuk melakukan kerjasama (dalam bidang sosial), bahkan Al-Qur'an menggunakan kalimat "lita'arafu" (Q.S. Al-Hujurat: 13), supaya saling mengenal, yang kerap diberi konotasi "saling membantu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun