Anne Frank adalah seorang remaja perempuan Yahudi yang menyimpan harapannya, kegelisahannya, dan kisah hidupnya selama masa perang dunia kedua di tahun 1942.Â
Dalam buku biografinya yang terkenal, The Diary of Anne Frank, ia mengungkapkan pengalamannya yang penuh dengan kekerasan dan penindasan.
Di awal kisah, Anne Frank menceritakan kehidupan keluarganya yang terpaksa bersembunyi di ruang sempit selama dua tahun lamanya.Â
Mereka bersembunyi dari tentara Nazi yang mengancam hidup mereka karena agama Yahudi mereka.
Ketika bersembunyi, Anne dan keluarganya harus hidup dalam ketakutan yang konstan.
Mereka harus berdiam diri di dalam ruang tersembunyi, tidak boleh membuat suara ataupun memberikan tanda-tanda keberadaan kepada orang di luar.
Kekerasan dan penindasan juga hadir dalam bentuk ketidakamanan.Â
Setiap langkah yang mereka ambil harus dipertimbangkan secara matang agar tidak terbongkar dan ditangkap oleh tentara Nazi yang kejam.
Anne Frank juga mengalami penindasan emosional. Dia merasa terkekang dan terisolasi karena tidak dapat berkomunikasi bebas dengan dunia luar.
Ia merasa kesepian dan kehilangan identitasnya sebagai seorang remaja biasa.
Ketika situasi semakin tegang, kekerasan fisik pun muncul. Terutama ketika keluarga Anne Frank tertangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi, di mana kekejaman terhadap orang Yahudi mencapai puncaknya.
Di kamp konsentrasi, kehidupan Anne dan keluarganya berada di ujung tanduk.Â
Mereka mengalami kelaparan, penyiksaan, dan kematian di sekeliling mereka.Â
Semuanya merupakan akibat dari kekerasan dan juga penindasan yang dilakukan oleh rezim Nazi.
Namun, meskipun dihadapkan pada kekerasan dan penindasan yang tak terbayangkan, Anne Frank tetap semangat dan mempertahankan harapannya.Â
Dia terus menulis dalam diarinya, mencurahkan segala isi hatinya, dan mencari makna di tengah kegelapan.
Kisah Anne Frank juga menggambarkan solidaritas dan kebaikan manusia di tengah kekejaman perang.Â
Ada orang-orang baik di sekitarnya yang membantu keluarganya selama bersembunyi, meskipun risikonya sangat besar.
Meskipun Anne Frank dan banyak korban lainnya telah tiada, buku The Diary of Anne Frank tetap menjadi saksi bisu tentang penderitaan yang mereka alami.Â
Buku ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang betapa pentingnya perdamaian dan hak asasi manusia.