Mohon tunggu...
Putu Puspa Widyanti
Putu Puspa Widyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Undergraduate Student of International Relations in Jenderal Soedirman University

Selanjutnya

Tutup

Film

No Other Land : Dari Realita ke Panggung Oscar

19 Maret 2025   14:43 Diperbarui: 20 Maret 2025   12:52 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Basel Adra, Rachel Szor, Hamdan Ballal and Yuval Abraham pose with the Oscar for Best Documentary Feature Film for No Other Land [Daniel Cole/Reuters]

No Other Land adalah film dokumenter asal Palestina berhasil memenangkan penghargaan tertinggi di dunia perfilman, Oscar Awards, untuk nominasi Best Documentary Feature pada 2 Maret 2025. Kemenangan ini bisa dibilang cukup mengejutkan publik, mengingat film dokumenter No Other Land dilarang tayang di beberapa wilayah di Amerika Serikat. Miami Beach, Florida adalah salah satu wilayah di Amerika Serikat yang melarang tayangnya film dokumenter ini dikarenakan adanya keterkaitan dengan konflik Israel-Palestina. Namun, tanpa disadari hal itulah yang menjadi salah satu faktor film ini dapat menyingkirkan film pesaingnya di nominasi Best Documentary Feature.

Mengisahkan perjalanan sekelompok rakyat Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat kebijakan pemindahan paksa yang diterapkan oleh pemerintah Israel. Film ini dibuka dengan memperlihatkan keindahan tanah Palestina yang kaya akan sejarah dan budaya. Seiring berjalannya waktu kekayaan ini perlahan berubah menjadi kekerasan dan ketidakadilan. Melalui wawancara dengan para pengungsi, film ini menampilkan kisah-kisah pribadi yang menyentuh hati, di mana individu-individu menceritakan pengalaman pahit mereka saat dipaksa meninggalkan rumah, kehilangan anggota keluarga, dan berjuang untuk bertahan hidup di tengah konflik yang tak kunjung berakhir. 

Salah satu karakter utama, seorang ibu bernama Fatima, menceritakan bagaimana dia terpisah dari anak-anaknya selama pengusiran. "Saya tidak tahu di mana mereka sekarang. Setiap malam, saya berharap mereka kembali, tetapi saya juga tahu bahwa rumah kami telah diambil dari kami" Ucap Fatima dalam salah satu wawancaranya. Film ini juga menyoroti peran para aktivis di wilayah konflik. Ahmad sebagai salah satu aktivis berbagi pandangannya tentang perjuangan mereka, mengatakan, "Kami tidak hanya berjuang untuk tanah, tetapi untuk hak kami sebagai manusia. Kami ingin dunia mendengar suara kami." 

Poster film No Other Land. (Panorama) 
Poster film No Other Land. (Panorama) 

Dengan menggunakan rekaman arsip yang memberikan visualisasi keadaan di zona konflik Palestina, film ini memberikan konteks yang lebih luas tentang bagaimana implikasi dari konflik ini terhadap kondisi fisik dan mental rakyat Palestina. Film ini berhasil menggambarkan bagaimana secercah harapan dapat memberi kekuatan besar kepada mereka yang ingin berjuang, yang digambarkan dengan kembalinya Fatima di akhir film. Fatima muncul dengan mengatakan, "Kami mungkin telah kehilangan rumah kami, tetapi kami tidak akan pernah kehilangan harapan. Setiap hari adalah perjuangan, kami akan terus berjuang untuk hak kami dan untuk anak-anak kami."

Dalam pidatonya saat memenangkan nominasi Best Documentary Feature di Oscar 2025, Basel Adra selaku sutradara film No Other Land menyerukan mengenai pentingnya kesadaran terhadap apa yang sekarang sedang terjadi di Palestina. Ia menekankan bahwa tidak perlu menjadi seorang Palestinian untuk memiliki empati terhadap konflik yang sedang terjadi di Palestina. Pada kenyataannya, film ini juga ikut digarap oleh Yuval Abraham, seorang jurnalis Israel. Ia menekankan bahwa film ini adalah bukti bahwa warga Palestina dan Israel dapat bersatu untuk menghentikan kekerasan dan genosida di Gaza. Abraham mengungkapkan keprihatinan terhadap penghancuran yang terjadi di Gaza dan menyerukan kebebasan bagi semua orang yang terlibat. 

Secara tidak langsung, film ini berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat global mengenai pentingnya konflik Palestina-Israel dengan menjadi penjelasan visual yang lebih mudah dipahami oleh para audience, sehingga masyarakat dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi di Palestina. Tidak hanya itu, wilayah di Amerika Serikat yang tadinya memboikot penayangan No Other Land kini mulai melakukan penayangan film ini secara bertahap. Implikasi yang film ini berikan jauh lebih besar  dari sekadar meningkatkan kesadaran masyarakat global terhadap isu Palestina-Israel, namun film ini juga berhasil meningkatkan transparansi dunia perfilman untuk selalu terbuka terhadap seluruh genre film.

Eksistensi film ini terbukti berhasil memberikan angin segar dalam dunia perfilman dengan keberaniannya mengangkat isu yang sangat sensitif ke layar lebar. Kemenangan No Other Land di Oscar 2025 bukan hanya sekadar pengakuan atas karya sinematik yang luar biasa, tetapi juga sebuah panggilan untuk kesadaran akan harapan dari perjuangan rakyat Palestina. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun