Bantul (MAN 2 Bantul). Pembelajaran Kimia di MAN 2 Bantul semakin hidup dengan memanfaatkan bahan-bahan alam yang tersedia di sekitar lingkungan sekolah. Pada Senin, 15 September 2025, kelas XD mengikuti pembelajaran blok pertemuan kedua yang berlangsung di ruang kelas, namun suasananya terasa seperti di laboratorium kimia sekaligus laboratorium alam. Guru mengajak siswa mengenal alat-alat laboratorium beserta kegunaannya, lalu dilanjutkan dengan materi Kimia Hijau yang berfokus pada reaksi kimia dan ciri-cirinya.
Salah satu ciri reaksi kimia yang dipelajari adalah terjadinya perubahan warna. Untuk itu, digunakan bahan-bahan alami yang mudah dijumpai, yaitu bunga telang, jeruk nipis, belimbing wuluh, air sabun, dan air kapur.Â
Bunga telang yang kaya pigmen antosianin menjadi indikator alami, sehingga siswa dapat mengamati perubahan warna ketika dicampur dengan larutan yang bersifat asam maupun basa. Menariknya, larutan bunga telang yang berwarna biru akan berubah menjadi ungu hingga pink ketika ditambahkan air jeruk atau belimbing wuluh karena keduanya bersifat asam. Sebaliknya, saat ditetesi air sabun atau air kapur yang bersifat basa, warnanya bergeser menjadi biru kehijauan.
Siswa dibekali LKPD dan bekerja secara berkelompok untuk melakukan percobaan, sebelum salah satu kelompok maju untuk mempresentasikan hasil serta mempraktikkan ulang di depan teman-temannya. Suasana belajar menjadi lebih menyenangkan karena siswa terlibat aktif dalam setiap tahapan. Mereka tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengalami langsung bagaimana konsep kimia bekerja dengan bahan di sekitar mereka. Walaupun materi yang disampaikan terbatas, penyajiannya mendalam dan bermakna. Harapannya, melalui pendekatan ini, siswa semakin mencintai pembelajaran kimia sekaligus memiliki kesadaran akan pentingnya memanfaatkan potensi alam secara bijak dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih dari itu, pembelajaran dengan bunga telang juga mengajarkan siswa untuk berpikir kreatif dan kritis. Mereka didorong untuk tidak hanya menerima teori dari buku, tetapi juga mengeksplorasi kemungkinan penggunaan bahan alam lain sebagai indikator sederhana. Dengan demikian, keterampilan ilmiah seperti mengamati, mengelompokkan, menyimpulkan, hingga mengkomunikasikan hasil percobaan dapat terasah melalui pengalaman belajar langsung.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa belajar Kimia tidak selalu membutuhkan laboratorium lengkap dengan peralatan modern. Dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar, guru mampu menghadirkan pembelajaran yang inovatif, hemat biaya, sekaligus ramah lingkungan. Inovasi sederhana ini diharapkan bisa menjadikan pembelajaran lebih mendalam, agar sains semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa (Pjl).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI