Dari situlah, aku yang awalnya hanya punya niatan menjodohkan mereka ternyata menjadi tempat curahan hatinya. Mungkin dia merasa nyaman karena aku selalu menanggapi, begitu yang selalu dikatakannya. Padahal gombal kali yee.
Hari demi hari kondisi semacam itu terjadi, hingga suatu hari suami mendapatiku terlaku asyik chat dengan sang duda ini. Dicecernya diriku sudah sejauh mana berkomunikasi dengan dirinya.Â
Apakah aku tutupi?Â
Tidak, aku cerita apa adanya. Aku cerita kalau dirinya merasa nyaman berkomunikasi denganku. Aku cerita kalau suka menanggapi curhatannya.
Demi melihat diriku yang sudah dianggap terlalu jauh berkomunikasi dengan orang lain. Aku diminta untuk menghentikannya.
Semudah itu? Ternyata tidak.
Diwaktu-waktu tertentu aku masih berkomunikasi. Awalnya hanya tentang kehidupan biasa sehari-hari. Namun lama kelamaan menyinggung hingga keinginannya mencari istri yang seperti diriku.
Tersanjung?
Di situlah bahayanya. Aku yang mulai tersanjung , mau saja menanggapi. Hingga suatu hari suamiku mendapatiku kembali asyik dengan chat itu.Â
Peringatan keras suami berikan. Aku menangis meminta maaf atas kesalahan yang kuperbuat selama ini. Asyik chattingan dengan seseorang yang tidak seharusnya terjadi.