Rupanya temanku juga terkesan dengan kalimat dari pakar tadi yang menyatakan bahwa kami adalah ujung tombak untuk kelahiran generasi sehat berikutnya. Kami harus menyiapkan diri untuk menjadi generasi yang sehat, bebas dari anemia sehingga pada saatnya nanti bisa hamil dan melahirkan dengan sehat pula.
Di depan pintu auditorium itu rupanya aku bertemu kembali dengan Mas Alif. Dia sedang berdiri seperti menunggu seseorang. Terlihat dari pacanaran matanya yang memperhatikan mahasiswa yang sedang keluar. Begitu melihatku dia tersenyum sambil melambaikan tangannya. "Oh rupanya dia menungguku," batinku agak ke GR an. " Ada apa mas?' tanyaku. " Tadi ke sini naik apa dari tempat kost?" tanyanya.Â
"Jalan kaki Mas."jawabku. 'Saya anterin pulang, naik motor, mau?" tawarnya. " Ga usahlah mas, terima kasih, dekat ini, itung-itung sambil olah raga" jawabku menolak secara halus tawarannya tersebut. "Ok lah kalau begitu, aku juga mau ikut jalan kaki mendorong motor, sambil olah raga juga". jawabnya tidak mau kalah.
Akhirnya kami jalan bersama dengan mahasiswa lainnya kembali ke kost. Sambil jalan tersebut kami berbincang-bincang tentang tema stunting tadi. Rupanya Mas Alif juga tertarik dengan tema tersebut untuk mengangkatnya di tugas akhirnya. Dia cerita kalau di tingkat tiga harus membuat laporan akhir dengan tema yang sedang trend di bidang kesehatan pada saat sekarang.Â
Sampai di tempat kostku, aku persilahkan mas Alif untuk mampir. Namun rupanya dia tidak berkenan karena masih ada tugas makalah yang harus dikerjakannya. Â Aku ucapkan terima kasih dan masuk ke kamar kost sambil senyum-senyum sendiri. Rupa-rupanya perhatian yang diberikan kemarin masih berlanjut. Aku mulai ke GR an.Â