Terhadap orang-orang transeksual dengan tangan terbuka gereja harus menerima mereka. Memperlakukan mereka sebagai sesama manusia yang harus dikasihi. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertumbuh dalam iman dan melayani bersama. Kesempatan pelayanan diberikan tentu setelah gereja memberikan pelayanan pastoral terkait dengan meluruskan pandangannya bahwa tindakan pergantian kelamin adalah salah dan membimbingnya bertobat. Dan juga tidak menutup kemungkinan gereja dapat membuka pelayanan bagi kaum transseksual. Untuk melakukan pelayanan ini tentu memerlukan hikmat dan persiapan ekstra. Tujuannya adalah agar menolong mereka bertobat, menyadari kesalahan dan menerima Yesus. Sama seperti Tuhan Yesus menerima dan mengampuni perempuan yang kedapatan berzina (Yoh. 7:53-8:11).
Langkah Preventif Gereja
Gereja perlu mengambil langkah preventif dalam menyikapi masalah transgender. Langkah-langkah preventif tersebut antara lain:
- Â Pendidikan identitas gender bagi jemaatÂ
Jemaat perlu diberikan pendidikan identitas gender dan penyimpangan yang terjadi akibat kejatuhan manusia dalam dosa. Pendidikan ini akan mengubah cara berpikir jemaat dalam memandang tentang identitas gender dan bagaimana memperlakukan orang-orang disekitarnya. Berdasarkan pernyataan Sam Allberry dalam Roberts ada dua hal yang mempengaruhi cara berpikir tentang gender, pertama, budaya kita berkata bahwa persepsi psikologis kita menentukan identitas gender kita-biarkah tubuhmua dikontrol olehnya. Kedua, Alkitab mengatakan tubuhmu (yang diciptakan Tuhan sebagai laki-laki atau perempuan) adalah indetitas gendermu—biarkan pikiranmua diatur olehnya.[12]  Karena identitas gender adalah pemberian Allah maka jemaat akan ditolong memperlakukan keluarga, anak-anak, orang-orang sekitarnya sesuai dengan identitas gender mereka.Â
- Menjadi komunitas yang memulihkan
Seorang yang mengalami gangguan gender disporia menurut Roberts memerlukan dukungan anggota keluarga Allah untuk dapat dipulihkan.[13]  Walker menambahkan orang-orang gender dipsoria bukanlah dosa[14] karena semua orang pada tahap tertentu dapat mengalami ini. Mereka harus dirangkul karena mereka memiliki rasa malu terhadap dirinya sendiri karena kebingungan dengan identitas dirinya. Menolongnya mengerti identitas dirinya diberikan oleh Allah dalam firman-Nya. Bukan didasarkan kepada perasaan manusia yang tidak menentu dan menipu. Menolongnya mengalami Injil dan bertumbuh dalam firman sehingga dia dapat melihat dengan jernih siapa dirinya di hadapan Allah dan pertumbuhan menjadi jalan pemulihan.
- Gereja menjadi penyaring nilai budaya
Gereja harus mengambil sikap tegas terkait dengan transgender. Jika identitas gender ditentukan oleh Allah sejak lahir. Maka gereja harus bersepakat menentang operasi transeksual kecuali kondisi interseksual. Sehingga jemaat dapat melihat kebenaran Alkitabiah menjadi sumber utama dalam menyikapi kasus transeksual tersebut. Namun, tidak menolak dan tetap mengasihi orang itu meskipun tindakannya kita tolak.Â
Ketegasan Paus Leo XIV terhadap pendapatnya tentang pernikahan dan aborsi dapat menjadi salah satu sikap barometer umat Allah dalam menyikapi masalah transgender. Operasi perubahan kelamin adalah sesuatu yang tidak dapat dibenarkan karena desain Allah bagi penciptaan manusia adalah laki-laki dan perempuan. Desain ini menjadi bagian dari rancangan Allah untuk kebaikan manusia. Tindakan perubahan kelamin dengan alasan apa pun adalah melawan desain dan rancangan Allah bagi manusia.Â
- Pendampingan dan pendidikan identitas gender bagi anak dengan gender disporia
Orang tua perlu menanaman nilai identitas gender yang benar menurut Alkitab. Faktor apa saja sehingga mereka bisa disebut laki-laki atau perempuan. Anak-anak diajar untuk terbuka dengan perasaan mereka tentang gender disporia yang mereka miliki dan orangtua tidak perlu panik karena dalam tahapan tertentu semua orang akan mengalami hal ini. Tugas orangtua adalah memberikan pendampingan dan arahan agar mereka memiliki penilaian yang benar tentang gender berdasarkan firman Tuhan.
Â
PENUTUP
Identitas gender ditentukan oleh jenis kelamin yang diberikan Allah kepada manusia sejak lahir bukan didasarkan kepada persepsi psikologis. Orang-orang transgender perlu ditolong untuk mengetahui identitas gender dibangun berdasarkan penilaian firman Allah pada saat mereka mengalami disporia gender. Orang percaya sebagai individu dan gereja Tuhan dapat melakukan langkah-langkah preventif yang dapat menolong orang-orang dengan disporia gender mengalami pemulihan identitas diri dengan benar. Sehingga mereka akan ditolong untuk bisa mengambil keputusan tepat. Sedangkan terhadap transgender dan transeksual, gereja dapat menerapkan prinsip-prinsip etika Kristen termasuk norma-norma yang berlaku dalam menyikapi persoalan tersebut. Dengan berkaca kepada wahyu umum dan wahyu khusus sehingga dengan segala hikmat Allah dapat mengambil keputusan dan tindakan etis yang tepat.