Mohon tunggu...
Puja Pramudya
Puja Pramudya Mohon Tunggu... Programmer - Memajukan Bangsa Melalui Pendidikan, Praktisi IT

Penulis adalah penggiat dan praktisi IT sejak tahun 2010. Memenangi berbagai lomba IT mulai dari GEMASTIK 2009, Imagine Cup 2010, Hackhaton DailySocial, Hackhaton TechinAsia, Hackhaton Educode hingga Hackhaton Open Data Asia. Saat ini bergelut dengan masalah-masalah di dunia pendidikan dan teknologi hingga membentuk Radya Foundation (Yayasan Alkademi Karya Bangsa) bersama beberapa rekan. Pertanyaan yang belum terjawab adalah: Bagaimana mendesain pembelaran yang cocok untuk sekolah vokasi agar lulusannya siap kerja, bukan siap nganggur.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Salah Kaprah Digitalisasi Pendidikan dan Tablet Merah Putih

1 Desember 2021   12:58 Diperbarui: 4 Desember 2021   07:58 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tablet Pendidikan Jarak Jauh

Jika memang tahun 2019 ini dengan digitalisasi pendidikan kita akan bergantung pada Google kok rasa-rasanya kita belum belajar dari aktivitas kita di 2015 yang sangat bergantung pada Microsoft. Lalu menjadi pertanyaan, laptop pendidikan dan laptop merah putih ini untuk siapa ? Untuk pelajar dan mahasiswa kah ? Atau untuk siapa ?

Lalu apa rambu-rambu yang sebaiknya diperhatikan ketika ingin mengadakan program digitalisasi pendidikan:

  1. Pastikan terlebih dahulu kebutuhan prioritas pendidikan saat ini. Namun karena program laptop pendidikan sudah berjalan maka menjadi penting adalah evaluasi pengadaan perangkat TIK ini sebelum melanjutkan pengadaan di tahun mendatang. Pemerintah juga harus mempublikasikan daftar sekolah penerima perangkat TIK, dan menyusun peta jalan dan strategi implementasi program digitalisasi pendidikan yang lebih tepat sasaran.
  2. Pastikan bahwa prasyarat dari digitalisasi pendidikan ini tidak menguntungkan pihak-pihak tertentu. Buka kompetisi yang sehat antara perusahaan penyedia teknologi. Best ideas should win. Tidak bergantung pada perusahaan mana yang lagi tren atau perusahaan mana yang sudah hadir duluan di Indonesia. Siapapun berhak berkompetisi selama memiliki produk dan layanan terbaik. 
  3. Pastikan Total Cost of Ownership dari berbagai produk atau layanan yang ingin dibeli. Jangan tergiur dengan biaya murah di depan namun berpotensi boncos di belakang. Hitung dengan baik dan detail termasuk dampaknya ke industri yang ingin dikembangkan yaitu perakitan dan penjualan serta after sales.
  4. Pastikan program juga memiliki dampak yang baik ke industri. Adanya transfer knowledge, program-program pemberdayaan yang memiliki efek jangka panjang. Teknologi informasi merupakan industri strategis. Jangan sampai kita hanya menjadi negara pasar bukan negara penghasil. 

Tanpa bermaksud menggeneralisir, hari-hari ini kita mudah tergiur dengan teknologi yang trendi. Dan kita mudah tergiur dengan penawaran yang terlihat lebih murah. Teknik ini disebut permainan jangka panjang. Mereka yang memiliki visi kuat dan kocek yang dalam dapat bermain dengan model seperti ini. 

Pemerintah, yang sejatinya wajib mendahulukan kepentingan bangsa ketimbang perusahaan tertentu juga wajib bermain dalam jangka panjang. Permainan yang hanya bisa dimainkan jika kita memiliki peta jalan yang dirancang dengan baik dan dijalankan secara berkesinambungan. Karena sejatinya pendidikan adalah jalan tol menuju kemakmuran. 

Untuk saat ini kami belum memiliki solusi pasti mengenai apa yang bisa dilakukan. Tapi dalam bayangan kami, berdikari teknologi dan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah sesuatu yang masuk akal dan layak diperjuangkan.  Bagi yang ingin mendengar diskusi yang dilakukan oleh para pakar, bisa cek video ini https://www.youtube.com/watch?v=yL4g_ht6H3w oleh pengasuh Padepokan Budi Rahardjo.

Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater. Merdeka.

Penulis: 

Pakar Teknologi Informasi, Puja Pramudya, ST, MT (Teknik Informatika, Institut Teknologi di Bandung 2006). Penulis memenangkan Imagine Cup 2010 dan mewakili Indonesia di ajang kompetisi software tingkat dunia. Penulis juga memenangkan Educode, hackhaton education yang ditaja Kemdikbud 2015 bersama DailySocia.

 Penulis juga memenangkan Gemastik 2009 dengan software Veda, sebuah aplikasi pendidikan yang memungkinkan 6 siswa bermain dalam 1 komputer. Penulis merupakan penulis 4 buku di bidang programming: Membuat Aplikasi Windows Phone, Windows 8, Belajar Windows Azure dan Membuat Aplikasi dengan Multipoint SDK.

Referensi:

  1. https://www.antikorupsi.org/id/article/menyoal-pengadaan-perangkat-tik-untuk-digitalisasi-pendidikan  
  2. https://nasional.tempo.co/read/713381/deal-microsoft-kenapa-jokowi-bisa-ulang-kesalahan-sby  
  3. https://blog.anggriawan.com/2008/11/osgx-linuxnya-anak-itb.html  
  4. https://nasional.tempo.co/read/1489226/3-kampus-yang-kerja-sama-kembangkan-tablet-dan-laptop-merah-putih  
  5. https://teknologi.bisnis.com/read/20210730/280/1424061/spesifikasi-laptop-merah-putih-buat-pelajar-cuma-setara-chromebook-rp4-juta-an  
  6. https://iltpp.org/in-the-news/google-delays-chrome-education-upgrade-price-increase  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun