Mohon tunggu...
Puja Lestari
Puja Lestari Mohon Tunggu... Pelajar/Mahasiswa

Mahasiswa KKN Desa Kandis II Kelompok 35 Universitas PGRI Palembang

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Pengembangangan Usaha Makanan Khas Daerah Kandis II "Kue Bugis" sebagai Upaya Pelestarian Budaya Lokal

11 Desember 2023   16:53 Diperbarui: 11 Desember 2023   18:17 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahapan metode pelaksanaan kegiatan

PENGEMBANGAN USAHA MAKANAN KHAS DAERAH KANDIS II “KUE BUGIS” SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LOKAL

Sari Imelda1, Mohamad Patur Rahman2, Puja Lestari3, Monica Arsita4, 

Ilham Arvan J5

12345Universitas PGRI Palembang

Jl.Jend. A.Yani,Lr.Gotong Royong ,9/10 Ulu, Palembang 

imldsr18@gmail.com, paturrahman1221@gmail.com , Pujalestari020804@gmail.com ,arsitamonica@gmail.com, ilhamarvanjunaidi@univpgri-palembang.ac.id

 

Abstrak

Makanan tradisional khas daerah-daerah di Indonesia sudah ada sejak lama dan masih bertahan hingga saat ini sehingga sangat dihargai sebagai warisan budaya. Banyak masyarakat yang memilih untuk membuat usaha jajanan tradisional khas daerah mereka. Usaha jajanan tradisional memang cukup menjanjikan. Kue bugis termasuk jajanan tradisional yang masih digemari hingga kini. Ibu-ibu Desa Kandis II rata-rata menggantungkan mata pencahariannya pada usaha pembuatan jajanan tradisional tersebut. Pengembangan usaha kue bugis ini masih perlu perhatian dalam pembinaan baik dari cita rasa maupun kemasan yang perlu diperhatikan untuk menarik konsumen ataupun dapat dijadikan oleh-oleh wisatawan ataupun sebagai wisata kuliner yang tergolong masih sederhana. Saat ini, Ibu-ibu Desa Kandis II hanya menggunakan kemasan tradisional untuk mengemas kue bugis, yaitu dibungkus dengan daun pisang saja. Kue bugis yang diproduksi oleh ibu-ibu ini hanya dipasarkan di pasar tradisional dan warung-warung di sekitar tempat tinggalnya saja. Pada kegiatan pengabdian ini ibu-ibu diberikan bantuan berupa bahan-bahan pokok untuk meningkatkan jumlah produksi. Juga pembuatan desain label kemasan yang lebih menarik sehingga produk ibu-ibu semakin dikenal. Jurnal ini dibuat bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha ibu-ibu Desa Kandis II sebagai upaya melestarikan budaya lokal.

Kata kunci : Kue Bugis, Makanan Khas, Desa Kandis II, Pengembangan Usaha Makanan.

Abstract

Traditional food typical of regions in Indonesia has been around for a long time and still survives today, so it is highly valued as cultural heritage. Many people choose to create traditional snack businesses typical of their region. The traditional snack business is indeed quite promising. Bugis cake is a traditional snack that is still popular today. On average, women in Kandis II Village depend on the business of making traditional snacks for their livelihoods. The development of the bugis cake business still needs attention in developing both taste and packaging which need to be considered to attract consumers or can be used as souvenirs for tourists or as a relatively simple culinary tour. Currently, the women of Kandis II Village only use traditional packaging to package bugis cakes, namely wrapping them in banana leaves. The Bugis cakes produced by these women are only marketed in traditional markets and stalls around where they live. In this service activity, mothers are given assistance in the form of basic materials to increase production levels. Also creating more attractive packaging label designs so that women's products become more well known. This journal was created with the aim of improving and developing the businesses of the women of Kandis II Village as an effort to preserve local culture.

Keyword : Bugis Cake, Typical Food, Kandis II Village, Food Business Development.

PENDAHULUAN

Makanan tradisional atau kuliner lokal menurut Harmayani (Harmayani, 2017), yaitu makanan yang bahan bakunya berasal dari produksi daerah setempat, dengan proses yang telah dikuasai masyarakat dan hasilnya adalah produk yang memiliki cita rasa yang khas, bentuk dan cara memakannya pun dikenal masyarakat, dan menjadi ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu. Satu diantara makanan khas Desa Kandis II yang terkenal yaitu Kue Bugis.

Makanan tradisional khas daerah-daerah di Indonesia sudah ada sejak lama dan masih bertahan hingga saat ini sehingga sangat dihargai sebagai warisan budaya. Resep yang digunakan juga sudah diturunkan dari generasi ke generasi, bahkan cara memasaknya juga masih melestarikan cara lama. Walaupun sudah ada modifikasi atau variasi, namun bahan utama dan prosedur memasaknya tidak berubah. Makanan tradisional menjadi bagian dari suatu daerah, maka makanan-makanan tradisional ini sangat mudah ditemukan, bahkan menjadi icon pariwisata di tempat tersebut (A. S. P., 2017).

Kuliner lokal merupakan makanan yang berasal dari hasil interaksi budaya dalam suatu komunitas yang memiliki keunikan ataupun ciri khas. Setiap daerah memiliki keunikan dalam setiap makanan khas. Ciri khas dari suatu makanan dipengaruhi dari letak geografis daerah yang membuat berbeda dengan daerah lainnya. Makanan yang berasal dari daerah dengan 4 musim berbeda dengan masakan yang berasal dari daerah tropis. Selain itu, perbedaan makanan juga dipengaruhi dari kondisi sosial ekonomi suatu daerah. Pada daerah pantai yang memiliki banyak pedagang, memiliki ciri makanan yang cenderung cepat saji (fast cook), sementara pada daerah yang profesi masyarakatnya banyak petani yaitu daerah pegunungan memiliki ciri makanan yang cenderung slow cook atau makanan yang memasaknya butuh waktu lama. Kondisi alam dari suatu wilayah juga berpengaruh terhadap makanan yang dihasilkan. Kekayaan alam suatu daerah menjadi faktor yang paling mempengaruhi hasil masakan suatu daerah (Alamsyah, 2013).

Warisan budaya merupakan keseluruhan peninggalan dari kebudayaan yang memiliki nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni. Warisan budaya dimiliki secara bersamaan oleh suatu komunitas atau masyarakat dan mengalami perkembangan dari generasi ke generasi dalam alur suatu tradisi. Warisan budaya merupakan jati diri dari suatu masyarakat atau komunitas yang diwariskan dari generasi-generasi sebelumnya, yang dilestarikan dan melindungi untuk generasi-generasi mendatang. Usaha untuk melestarikan warisan budaya disebut dengan konservasi, misalnya seperti perlindungan, dokumentasi, pemulihan, dan pengumpulan benda di museum. Tujuannya yaitu untuk melestarikan dan melindungi suatu warisan budaya dari arus globalisasi (Prabhawati, 2021).

Usaha jajanan tradisional memang cukup menjanjikan. Kue bugis termasuk jajanan tradisional yang masih digemari hingga kini. Ibu-ibu Desa Kandis II rata-rata menggantungkan mata pencahariannya pada usaha pembuatan jajanan tradisional tersebut.

Kue bugis adalah kue yang terbuat dari tepung ketan yang diadonkan dengan santan. Setelah itu diisi dengan centi (ampas kelapa yang disiram dengan air gula merah) kemudian dikukus. Kue tersebut mirip dengan kue lambang sari. Kue tersebut adalah panganan khas Desa Kandis II.

Pengembangan usaha kue bugis ini masih perlu perhatian dalam pembinaan baik dari cita rasa maupun kemasan yang perlu diperhatikan untuk menarik konsumen ataupun dapat dijadikan oleh-oleh wisatawan ataupun sebagai wisata kuliner yang tergolong masih sederhana.

Saat ini, Ibu-ibu Desa Kandis II hanya menggunakan kemasan tradisional untuk mengemas kue bugis, yaitu dibungkus dengan daun pisang saja. Kue bugis yang diproduksi oleh ibu-ibu ini hanya dipasarkan di pasar tradisional dan warung-warung di sekitar tempat tinggalnya saja.

Pada kegiatan pengabdian ini ibu-ibu diberikan bantuan berupa bahan-bahan pokok untuk meningkatkan jumlah produksi. Juga pembuatan desain label kemasan yang lebih menarik sehingga produk ibu-ibu semakin dikenal. Harapan penulis dengan bantuan yang diberikan mampu meningkatkan dan mengembangkan usaha ibu-ibu Desa Kandis II sebagai upaya melestarikan budaya lokal.

METODE

Pelaksanaan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pada tanggal 22-24 November 2023 di rumah Ibu Nisa yang berlokasi di Desa Kandis II. Metode kegiatan yang dilakukan adalah (a) Melakukan observasi dengan meninjau langsung ke lokasi pembuatan kue bugis serta melihat proses pembuatan kue bugis, (b) Analisis permasalahan dengan cara melakukan diskusi dengan Ibu-ibu mengenai kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan penjualan produk, (c) Melakukan pendamping dalam pengemasan produk (d) Evaluasi atas hasil yang dicapai. Tahapan metode pelaksanaan kegiatan digambarkan sebagai berikut:

Tahapan metode pelaksanaan kegiatan
Tahapan metode pelaksanaan kegiatan

Tahap Observasi

Tahapan awal pelaksanaan kegiatan adalah melakukan observasi langsung ke lokasi pembuatan kue bugis. Penulis dapat melihat langsung proses pembuatan kue kering dari awal sampai pengemasan dan pemasaran produk. Melalui observasi ini diharapkan dapat  mengindentifikasi masalah yang dihadapi mitra dalam memasarkan produknya.

     

Tahap Analisis Permasalahan

Berdasarkan hasil diskusi dengan mitra, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah:

  • Mitra lebih mengandalkan pemasaran produk dengan cara konvensional, yaitu informasi dari mulut ke mulut dan menjual produk ke pasar tradisional atau ke warung-warung di sekitar tempat tinggalnya.
  • Pengemasan produk masih menggunakan daun pisang.

 

Tahap Pendampingan

Kegiatan pada tahap pendampingan adalah menjelaskan kepada mitra mengenai pentingnya pengemasan produk. Kemasan produk yang menarik dan rapi akan lebih menarik bagi pelanggan untuk membelinya. Penulis menempatkan kue bugis pada plastik mika. Setiap plastik mika ditempeli label kemasan yang menarik dilengkapi dengan nomor handphone agar dapat dihubungi pelanggan. Dengan kemasan baru ini, tampilan produk terlihat lebih menarik.

Gambar 3. Label Kemasan Produk
Gambar 3. Label Kemasan Produk

Tahap Evaluasi

Setelah melalui tahap pendampingan, mulai terlihat jika mitra sangat termotivasi dengan kegiatan ini. Mitra sangat antusias untuk bertanya dan diskusi mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan cara menilai kemampuan mitra dalam pengemasan produk. Dalam aspek pengemasan produk, mitra mampu mengemas produk sehingga terlihat rapi, bersih dan menarik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya dalam melestarikan makanan khas Kandis II dilakukan oleh para ibu-ibu atau pemilik usaha kue bugis di Desa Kandis II yang terletak di Kecamatan Kandis, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Desa Kandis II didominasi oleh masyarakat yang bekerja sebagai pengusaha kue bugis. Usaha kue bugis yang digeluti masyarakat bertahan sejak 20 tahun lalu karena dilakukan turun temurun. Pekerja dalam produksi usaha kue bugis yaitu dilakukan oleh anggota keluarga bahkan sejak usia dini sudah ikut membantu pekerjaan orang tua dalam membuat kue bugis. Secara tidak langsung, dengan melibatkan anggota keluarga membuat usaha kue bugis dapat diteruskan dari generasi ke generasi.

Dengan penelitian ini, masyarakat khususnya ibu-ibu Desa Kandis II terbantu dengan pembuatan Desain Label Kemasan yang menarik. Ibu-ibu Desa Kandis II yang memiliki usaha pembuatan kue bugis dapat meningkatkan daya tarik konsumennya. Selain itu, ibu-ibu juga diberikan bantuan pangan berupa tepung sebagai bahan pokok pembuatan kue bugis serta kelapa parut dan gula merah.

Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan program ini selama pengabdian dapat terlihat dan dirasakan oleh kelompok usaha kue tradisional di Desa Kandis II. Minimal ada beberapa aspek yang diperoleh antara lain sebagai berikut:

  • Adanya bantuan bahan pangan yang diberikan kepada kelompok usaha kue bugis yang dapat memberikan tambahan pendapatan kisaran 10% - 20%.
  • Secara ekonomi, memberikan kontribusi kepada pemerintah khususnya Desa Kandis II, walaupun dari presentase masih kecil.
  • Pelatihan wirausaha dengan maksud dapat mengenal potensi pasar yang baik untuk membuat aneka macam rasa (semi modern) dan dapat memberikan daya tarik bagi konsumen dan perbaikan kualitas termasuk kemasan dengan harapan bahwa akan dapat merubah pola pikir dan melakukan inovasi ke depan sesuai dengan perkembangan teknologi.
  • Terjalinnya silaturahmi antara kelompok usaha kue bugis dan mahasiswa KKN.
  • Pengembangan usaha kue bugis secara tidak langsung membuat masyarakat melestarikan budaya lokal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

            Hasil penelitian menjelaskan bahwa wisata kuliner erat kaitannya dengan kegiatan berkunjung ke suatu tempat, yang bertujuan untuk menikmati makanan yang khas pada suatu daerah. Setiap daerah memiliki keunikan dalam setiap kuliner atau makanan khas. Kuliner sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang memiliki ragam keunikan. Tidak terkecuali di Desa Kandis II. Satu diantara kuliner lokal di Kandis II yaitu kue bugis menjadi warisan budaya desa ini. Sehingga diperlukan pelestarian pada kuliner lokal agar selalu bertahan dan menjadi warisan budaya bangsa sebagai perwujudan nilai budaya di Desa Kandis II, Ogan Ilir.

            Adapun pelestarian yang dilakukan masyarakat desa Kandis II yaitu mempertahankan usaha produksi kue bugis secara turun temurun yaitu pembuatan kue bugis dilakukan melibatkan anggota keluarga.

            Kegiatan pengabdian ini memperoleh respon yang baik dari ibu-ibu pemilik usaha kue bugis dimana terlihat ibu-ibu antusias dalam melakukan diskusi dengan pengabdi mengenai perbaikan pengemasan. Target yang berhasil dicapai adalah adanya perbaikan kemasan produk yang lebih menarik. Ibu-ibu sudah mengganti daun pisang dengan plastik mika disertai label kemasan produk. Selain itu, ibu-ibu juga terbantu dengan bantuan pengabdi memberikan bahan baku seperti tepung, kelapa parut dan gula merah untuk tambahan pembuatan kue bugis.

Saran

            Ibu-ibu pemilik usaha kue bugis disarankan untuk mengembangkan desain kemasan yang lebih unik sehingga dapat menyesuaikan dengan target pasar. Serta pengabdi berharap usaha kue bugis tetap dipertahankan sebagai upaya untuk melestarikan budaya lokal Desa Kandis II.

 

UCAPAN TERIMA KASIH

            Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rohana, M.Pd., CIQaR selaku ketua LPPKM Universitas PGRI Palembang, kepada Bapak Aswadi Jaya Bastian, S.Pd, M.Pd, M.M. selaku PLH. Ketua Laboratorium Microteaching dan Bapak Ilham Arvan Junaidi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Lapangan, serta Pemerintah Desa Kandis II dan Masyarakat Desa Kandis II yang telah menerima kami serta memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan kegiatan KKN ini. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Mahasiswa KKN kelompok 35 yang telah bekerjasama dan berpartisipasi sehingga kegiatan KKN dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Kusuma Indawati. "Pendampingan Usaha Kue Kering Melalui Pengemasan Produk dan Pemasaran Digital." Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat 2.3 (2021): 732-736.

Idris, Muhammad, and Rafiuddin Rafiuddin. "KEBERLANJUTAN USAHA KUE BUGIS BERBASIS POTENSI IBU RUMAHTANGGA KECAMATANCEMPA KABUPATEN PINRANG." Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (SNP2M). Vol. 5. No. 1. 2020.

Kusuma, I. Gusti Ngurah Ady, and Ni Luh Nyoman Mirah Wedasari. "Pendampingan dan Peningkatan Produksi IRT–Kue Bugis Desi di Desa Tuakilang Tabanan." WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer 1.3 (2019): 35-40.

Rusmaniah, Rusmaniah, et al. "Pelestarian Kuliner Lokal Jengkol Tahilala Sebagai Warisan Dan Perwujudan Nilai Budaya Banjar Di Desa Pingaran: Preservation Of Local Culinary Jengkol Tahilala As A Banjar Cultural Heritage In Pingaran Village." Anterior Jurnal 21.3 (2022): 57-61.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun