Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dilema Otak dan Hati, Biang "Prokrastinasi" yang Jarang Disadari

28 November 2020   20:18 Diperbarui: 28 November 2020   20:58 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/freepik

"Menunda tugas = Menabung bencana"

Pernah gak sih kamu ada di keadaan dimana otak kamu meminta kamu untuk mengejar deadline agar gak numpuk, tapi hati kita itu kayak jawab 

"Udah, nonton YouTube aja" atau nih, kita pengen banget nonton film yang lagi happening banget, atau ketika otak kamu menjawab "Oke nih berat badan aku udah mulai naik, tapi hati kamu malah mendukung kamu untuk mukbang makanan mumpung lagi ada diskonan" Nah, ketika kita dihadapkan pada kondisi seperti ini, kita akan dilema untuk memilih satu yang harus dipilih. 

Seringkali memang otak kita kalah, dan kita cenderung mengikuti kata hati. Jadi, kita barangkali akan lebih memilih menonton daripada memilih mengerjakan tugas yang membosankan. Atau kita mungkin berpikir, "Ah, gak papa kali ditunda dulu belajarnya, toh deadlinenya masih lama." 

Ujung-ujungnya adalah kita yang kesulitan sendiri karena pekerjaan makin numpuk dan waktu pengerjaan yang semakin sedikit, dan akhirnya kita yang stres sendiri. Tapi tidak apa-apa, kalau misalkan kamu bingung, ya hal ini wajar. Karena memang, kita tidak pernah belajar mengenai hal-hal seperti ini di sekolah.

Di sekolah kita belajar tentang Sosiologi, Matematika, dan Fisika, tapi kita tidak benar-benar belajar bagaimana caranya mengatasi dilema antara memilih otak atau hati. Makanya, aku tahu banget nih kalau perihal menentukan pilihan seperti ini itu adalah masalah yang kita sering temui di kehidupan sehari-hari dan mungkin banget dari kamu yang belum mengetahui solusinya.

So, dalam tulisan kali ini aku akan membahas mengenai prokrastinasi atau kita lebih familiar bermakna kebiasaan untuk menunda-nunda pekerjaan.

Simpelnya, tentang bagaimana caranya mengatasi dilema otak dan hati yang sering kita alami karena memang hal ini yang selalu menjadi biang dari adanya prokrastinasi itu sendiri. Jadi, aku menyarankan kamu untuk membaca sampai habis tulisan ini agar mendapatkan insight dari apa yang aku bagikan kali ini.

Pertama-tama, aku akan memberikan analogi kepada kamu mengenai fenomena otak dan hati ini. Sebenarnya, fenomena hati versus otak bisa dianalogikan sebagai unta dan pengendaranya. Jadi, anggap aja kalau kamu sedang mengendarai seekor unta, kamu pasti memegang tali atau kendali di atas unta itu. 

Ketika kamu mau belok kiri, kamu harus mengarahkan unta itu untuk belok kiri. Atau kalau mau belok kanan, ya tinggal arahkan aja unta itu belok kanan. Dengan kata lain, kamu bisa mengarahkan unta itu untuk jalan, belok, berhenti atau untuk melakukan apapun yang kamu mau. Tapi, pasti ada beberapa momen dimana kamu mau belok kanan, tapi unta itu malah gak mau belok atau gak mau jalan sama sekali.

Nah, ini karena unta itu memiliki keinginannya sendiri. Ketika seekor unta ingin melakukan sesuatu, ya kamu gak bisa melakukan apa-apa karena kamu gak sebanding ibaratnya baik secara ukuran, atau secara kemampuan kamu tidak memiliki kontrol penuh atas unta itu. 

Mengenai kaitannya dengan otak dan hati, unta itu bisa dikaitkan dengan hati atau perasaan. Sementara pengendaranya, adalah otak atau bisa dibilang, sisi rasional kita.

Mungkin kita pernah mengalami sisi dimana secara rasional kita tahu harus ngapain, tapi hati atau perasaan kita berkata sebaliknya. Well, ada buku yang berkata kalau otak atau sisi rasional kita kalah sama perasaan atau hati. Atau bisa dibilang, di unta lah yang memegang peranan lebih besar ke perilaku. Nah, mungkin sampai disini kamu merasa kesal,

"Kenapa sih gak otak aja yang menang dari hati? Kalau begitu kan aku gak terpengaruh dengan rasa malas, atau gak terpengaruh dengan mood ketika aku mau kerja, aku bisa jadi rasional dan produktif setiaap saat,"

Percaya atau tidak, sebenarnya hal ini berguna di beberapa situasi. Jadi, emosi itu  belum tentu gak penting-penting banget. Jadi, unta itu bukan berarti bodoh atau bukan berarti jadi kayak seenaknya gitu. Tapi adanya unta juga penting dalam hidup kita.

Adanya emosi atau perasaan sama halnya dengan pilihan dalam menentukan pilihan-pilihan penting dalam hidup entah itu dalam memilih pasangan, jurusan kuliah, karir, atau pilihan hidup. Perasaan kita pasti memiliki peranan yang penting bukan cuma mengandalkan logika dan rasionalitas saja yang kita bilang sebagai otak dalam tanda kutip. Tapi juga, hati kita atau perasaan kita juga berpengaruh ke decition making kita.

 Meskipun memang, tidak bisa dipungkiri bahwa pilihan yang ditentukan oleh hati itu gak selalu berdampak baik untuk hidup kita. Nah, di kondisi seperti ini, kamu pasti berharap supaya otak kamu bisa turun dan mengambil alih hal itu. lantas, bagaimana caranya otak untuk mengambil alih perilaku kita di situasi dimana memang ketika kita berdasar pada emosi, itu bakal berpengaruh negatif. Nah, bagaimana caranya?

Sekarang, aku ingin mengajak kamu untuk berpikir kembali sih mengenai analogi unta dan pengendaranya tadi. Si pengendara tau kan hal yang tepat untuk dilakukan, tapi karena unta lebih berperan besar dalam menentukan pilihan besar si pengendara, maka si pengendara memang harus mencari cara yang cerdas bagaimana caranya mengatasi pilihan si unta tersebut. Bagaimana caranya agar cerdas serta cermat atas pilihan itu?

Ketika kamu sedang menonton film yang kamu sukai dan meninggalkan kewajiban untuk menyelesaikan tugas kamu, maka kamu bisa membayangkan konsekuensi yang akan kamu dapatkan ketika kamu mengabaikan tugas itu. Kamu barangkali bisa merasa senang-senang saja saat menonton tapi bayangkan saja bagaimana rasanya keteteran mengejar deadline yang seabreg dan ini membuat kamu stres sendiri.

 Well, ketika kamu sudah berhasil memengaruhi pikiran dan perilaku kamu dengan cara-cara yang profesional, kamu bisa memotivasi diri kamu dengan melakukan perubahan-perubahan kecil karena hati mudah banget buat termotivasi dengan hal-hal kecil itu secara emosional.

Kalau kamu lagi males banget buat mengerjakan tugas, kamu bisa memulai mengerjakan sedikit aja dari tugas itu. Atur waktu seenggaknya lima, sepuluh atau lima belas menit untuk mengerjakan. Kalau aku, biasanya jadi keterusan dan malah lupa dengan batas waktu yang aku tetapkan. 

Kayak aku nih menjelang UAS, dapat banyak banget tugas-tugas kuliah dan organisasi yang memaksa untuk diselesaikan. Nah, aku juga sering banget pengen rasanya buat prokrastinasi alias menunda, tapi kalau dipikir lagi itu semua malah akan membuat aku terkena bencana di belakangnya. 

Coba saja deh, tugas yang selesai itu akan membuat kamu bangga, malah kamu bisa menikmati banget ketika kamu sudah memiliki waktu untuk menonton film yang memang kamu tunggu-tunggu. Memang barangkali memang gak mudah, kendala dalam melakukan hal ini itu wajar.

Seperti apa yang aku katakan di awal, kita tidak bisa belajar hal-hal seperti ini di sekolah, thats why aku mencoba berbagi sedikit dari apa yang aku pahami. 

Semoga tulisan ini bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun