Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer. Pensiunan.

Ada bila berarti

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Prajurit Mengusir Buncit Mengejar Bugar dan Kendala di Daerah Operasi

10 Maret 2024   16:08 Diperbarui: 14 Maret 2024   05:23 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Staf Binjas TNI AL menguji kebugaran jasmani prajurit Yonif 1 marinir (puspen tni)

Status kesehatan prajurit

Dalam manajemen logistik angkatan laut dikenal Sistem Pemeliharaan Terencana yang idealnya mengatur alutsista sepertiga bertugas operasi di laut, sepertiga siap di pangkalan dan sepertiga menjalani perbaikan-pemeliharaan. Maka mengikuti posisi alutsista ini tergambar di mana keberadaan personel pengawaknya.

Namun personel satuan operasional yang sedang berada di pangkalan bukan berarti bisa bebas dari penugasan. Berbagai situasi yang menuntut pengerahan personel untuk bantuan antar satuan, mungkin memerlukan dukungan perorangan maupun kelompok unit atau tim untuk tugas operasi.

Dengan demikian diperlukan kesiapan kesehatan fisik dan mental setiap prajurit untuk kapan dan di mana pun siap dikerahkan.

Untuk mengetahui status kesehatan prajurit, diberlakukan uji dan pemeriksaan kesehatan (urikkes) berkala, urikkes kemampuan tempur (untuk satuan operasi), dan urikkes matra (untuk satuan khusus).


Apa yang membedakan urikkes berkala dengan urikkes kemampuan tempur?

Pada urikkes kemampuan tempur ditambah pemeriksaan spirometri (fungsi paru), pengukuran lemak, dinamometri (kekuatan otot) dan ergometri (rekam jantung dengan beban aktivitas latihan).

Sedang pada urikkes matra ditambah pemeriksaan audiometri (fungsi pendengaran) dan tes toleransi oksigen dalam chamber hiperbarik, serta tes aerofisiologi untuk awak pesawat udara.

Uji pemeriksaan kesehatan kemampuan tempur personel TNI AL (sumber gambar : Lakesla TNI AL)
Uji pemeriksaan kesehatan kemampuan tempur personel TNI AL (sumber gambar : Lakesla TNI AL)

Status kesehatan menjadi modal daya guna satuan dan individu. Prajurit yang sehat akan mendukung terlaksananya tugas satuan. Bermodal sehat prajurit mampu melaksanakan fungsi sosialnya dan mendapat kesejahteraan.

Prajurit yang sehat mampu mengikuti pembinaan jasmani yang diselenggarakan satuan atau dilaksanakan mandiri yang berdampak peningkatan status kesehatannya.

Pembinaan jasmani dilakukan dengan berbagai olahraga yang dilakukan teratur dan terukur, baik untuk rekreasi maupun prestasi. Pembinaan jasmani menghasilkan terpeliharanya kebugaran dan postur tubuh prajurit.

Satuan operasi tidak hanya memerlukan prajurit yang sehat, tetapi juga prajurit yang bugar jasmaninya. Kedua kondisi ini bukan subyektif dirasakan individu. Sehat dan bugar obyektif tampak dari hasil uji dan pemeriksaan kesehatan.

Resume hasil pemeriksaan kesehatan disimpan Dinas Kesehatan Kotama. Data status kesehatan ini dipergunakan untuk berbagai kepentingan administrasi, seperti persyaratan perkawinan, usulan kenaikan pangkat, promosi jabatan, pendidikan, operasi dan latihan serta usul penugasan ke luar negeri.

Memelihara kebugaran jasmani

Hanya prajurit sehat yang dapat melaksanakan dan menikmati olahraga yang diatur perwira dan bintara jasmani. Bila sakit prajurit akan mendapat perlakuan berupa dinas ringan sampai istirahat dengan waktu tertentu. Evaluasi status istirahat sakit lebih dari 3 bulan akan mempengaruhi hak prajurit.

Oleh karena itu mencegah lebih baik daripada mengobati sangat relevan dalam kehidupan prajurit. Paradigma kesehatan militer adalah kesehatan preventif, menjadi dasar utama pembinaan kesehatan prajurit.

Mengutamakan kesehatan preventif diamanatkan dalam UU Nomor 36 tahun 2009 yang diperbarui dalam UU Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan.

Prajurit harus menjaga agar Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam batas normal. Status IMT gemuk ringan harus ditindaklanjuti dengan pendekatan gizi, latihan fisik dan penapisan faktor risiko. Hal itu dilakukan tanpa menunggu datangnya perut buncit dan kondisi obesitas. Obesitas akan mengundang datangnya berbagai penyakit.

Salah satu komponen pada kebugaran jasmani yang diketahui dari uji kesehatan kemampuan tempur adalah kebugaran kardiorespirasi atau yang sering disebut dengan tingkat Volume Oksigen Maksimal (VO2 max). Volume Oksigen Maksimal (VO2 max) adalah tingkat oksigen maksimum yang dapat digunakan tubuh saat berolahraga dengan intensitas maksimal.

Tiga komponen utama VO2 Max adalah Kapasitas paru-paru dan volume jantung, distribusi oleh pembuluh darah dan jumlah otot. Semakin banyak darah teroksigenasi yang diproses oleh paru-paru, jantung-pembuluh darah dan otot, semakin tinggi skor VO2. Tentu saja untuk memelihara dan membangun sel-sel paru. jantung-pembuluh darah dan otot yang rusak diperlukan asupan gizi yang seimbang.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi VO2 Max, yaitu genetik, sistem kardiovaskuler, pola latihan, gaya hidup dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh di tingkat jaringan meliputi lemak, otot dan tulang.

Komposisi tubuh yang memiliki lemak berlebih akan menurunkan jumlah darah yang dipompa jantung ke seluruh tubuh. Akibatnya distribusi oksigen ke dalam sel otot juga berkurang[1].

Jadi semakin rendah persentase lemak, semakin tinggi nilai VO2 Max dan semakin baik daya tahan aerobik dan ketahanan fisiknya dalam bertempur. Inilah yang harus dipahami prajurit dalam memelihara postur tubuh yang baik, tidak buncit apalagi obesitas. Untuk mendukung pembinaan kesehatan, kebugaran dan postur prajurit, para komandan satuan berupaya melengkapi berbagai fasilitas olahraga termasuk ruang fitnes.

Kesehatan dan kebugaran jasmani diperlukan untuk memelihara kemampuan dasar prajurit yaitu menembak, renang militer, halang rintang, ketahanan mars, cross country juga bela diri militer.

Bagi prajurit yang berada di pangkalan semua fasilitas dapat dinikmati dengan leluasa. Berbeda dengan prajurit yang sedang bertugas di daerah operasi yang harus memiliki kiat khusus untuk mengatasi berbagai keterbatasan.

Daerah operasi rawan keamanan seperti Papua membuat pembinaan fisik mandiri maupun terpimpin menjadi tidak mudah. Berada di pos komando taktis (poskotis) atau pos pengamanan terpencil membuat prajurit mengutamakan keselamatan pribadi dan timnya.

Mereka berupaya menjaga kewaspadaan yang optimal untuk mencegah kecerobohan yang berisiko kehilangan nyawa. Di sela giliran istirahat mungkin mereka tetap berusaha berolahraga.

Membosankan tetapi itulah tantangan dan pengorbanan. Bukan hanya mengatasi serangan Kelompok Separatis Teroris, tetapi juga ancaman penyakit malaria dan dihadapkan masalah higiene-sanitasi lingkungan.

Pada tahun 2004-2005 saya tergabung dalam Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda XX-B MONUC di Republik Demokratik Kongo. Baik di Pos Komando Utama (Poskout) di kamp Ndoromo, Bunia maupun di tiga Pos Komando Taktis (Poskotis), personel berusaha membuat sendiri sarana olah raga.

Di salah satu sudut rub hall logistik dipergunakan untuk ruang fitnes. Mereka membuat alat dan perlengkapan ala Smith Machine, Cable Machine, Squat Rack, Leg Press Machine sederhana dan tiang gantung untuk pull up. Lahan poskotis yang sempit dimanfaatkan untuk lapangan voli.

Mereka berupaya membakar lemak, mempertahankan massa otot, dan menjaga kapasitas kardiovaskuler dan fungsi paru. Sampai waktunya tiba saat penugasan tuntas dengan datangnya pasukan pengganti.

Personel Kompi Zeni Garuda XX-B bermain Bola Voli di lahan sempit Poskotis Madiba Camp, Beni, Kivu Utara Kongo, 2005 (dokpri)
Personel Kompi Zeni Garuda XX-B bermain Bola Voli di lahan sempit Poskotis Madiba Camp, Beni, Kivu Utara Kongo, 2005 (dokpri)
Begitu pun dengan prajurit yang bertugas di kapal perang. Sempitnya ruang dan waktu luang, tetap dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membina fisik. Dek helipad dan hanggar helikopter di Kapal Bantu Rumah Sakit dapat dipakai untuk joging. Demikian pula di kapal-kapal Landing Platform Dock (LPD) Satuan Kapal Amfibi, korvet dan fregat kapal eskorta.

Olahraga di geladak helikopter KRI dr. Soeharso-990 (dokpri).
Olahraga di geladak helikopter KRI dr. Soeharso-990 (dokpri).

Penutup

Pada umumnya keberhasilan penugasan dilihat dari capaian sasaran tugas. Luas lahan garapan dan infrastruktur yang berhasil dibangun serta masyarakat yang terlayani pada operasi teritorial. Jumlah senjata yang dirampas dan lawan yang tertangkap atau meninggal dalam kontak senjata pada operasi tempur. Tentu hal-hal tersebut membanggakan satuan.

Namun bukan hanya itu. Begitu tiba di home base setelah tugas operasi, para prajurit langsung menjalani pemeriksaan kesehatan purnatugas. Maka keberhasilan satuan yang paripurna adalah bukan hanya tercapainya sasaran misi, tetapi juga terjaganya status kesehatan seluruh prajurit. Pulang tugas jangan membawa oleh-oleh penyakit.

Sesanti "Raksa Husada - Yudha Samapta" Diskes Lantamal V, relevan di sepanjang perjalanan tugas prajurit.

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 10/3/2024 (153/109).

***

Rujukan tulisan : 

1. Shabrina S, et al. Pengaruh persentase lemak tubuh terhadap kapasitas aerobik atlet sepak bola. Jurnal Sporta Santika, Vol. 7 No. 1, 2022 (33-45).

Sumber Foto : Lakesla TNI AL. puspen tni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun