Mohon tunggu...
Pter Tukan
Pter Tukan Mohon Tunggu... Seniman - Menyukai Musik. Penulis lepas

Sosiolog Muda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Taman Seribu Lilin

27 Februari 2018   22:44 Diperbarui: 27 Februari 2018   23:03 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Cinta orang -orang tercinta

     "Kembalikan dompet itu!" teriak Aryo dengan nada geramnya saat foto dalam dompetnya dilihat oleh Dinda.
Dengan senyum sinisnya, Dinda berkata,

"Jadi ini pacar kamu ya? Selama ini kamu menipuku?". Geram Dinda
Aryo terlihat terdiam saat Dinda melempar isi dompetnya hingga berserakan di atas rimbunan bunga. Dinda pun berlari membiarkan Aryo terpaku di antara pepohonan tua tepi taman. Melepaskan semua rasa yang selama ini menggebu dihempas sebuah kisah cinta pahit yang diiringi gejolak sakit hati yang mendalam. Ya. Kisah yang tak sempurna.
    

 Aryo terlihat lesu dan membiarkan Dinda pergi. Penuh keasaman berjalan menunduk. Dalam hatinya ia mulai berkata "Maafkan aku Dinda, sebenarnya aku tak bermaksud melukaimu, tetapi akupun tak ingin dia kecewa dengan keadaanku sekarang".  Dengan kalimat itu dia pun melangkah meninggalkan taman tempat mereka bertemu yang masih bertanya-tanya di antara teman sesama bunganya apa yang terjadi.


     Langit merah sore membangunkan Aryo dari lelap tidur siangnya. Diapun menatap HP-nya.  17:21. Sore ini harusnya dia berada bersama teman-temannya. Mereka mengikuti pertandingan futsal. Namun, semuanya menjadi sirna dengan perseteruan pagi tadi. Di lihatnya lagi isi smartphone- nya, tiga  pesan belum dibaca. Dia pun membuka satu persatu, SMS dari
Ady, *bro ikutan main futsal ya? *
Bolang, *kamu dmana Ry? *


*Dinda, "AKU MINTA KITA SAMPAI DI SINI"*.
Melihat sms terakhir, Dia pun langsung menelpon nomornya Dinda. Tetapi terdengar hanyalah nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Sungguh menyedihkan merah biru senja ini.


     Sayu matanya berat se-ton dibiarkan  saja. Melangkah terus ke kamar mandi dan mulai mengguyur tubuhnya. Sejurus kemudian Dia mengambil handuk lusuhnya dan menyibak rambutnya. Meminyaki dengan sedikit  gatsby . Secepat kilat dia menyambar sepatu, dan peralatan olahraganya dan meninggalkan kost tempat peraduannya.


     Dia, Aryo. Pemain futsal handal di Universitas Dua Dunia. Pernah menjadi pemain terbaik tahun lalu dan menjadi impian setiap wanita yang dijumpai. Sebut saja Dinda, gadis manis peranakan Jepang yang kini sudah menjalin hubungan selama dua tahun bersama Aryo. Kisah cinta yang tak mudah dihilangkan dari otak elit mereka berdua. 

Aryo si bintang Futsal dan Dinda si ratu Kecantikan Kampus. Sungguh sempurna kehidupan mereka yang diangerahi Tuhan. Sungguh indah seindah nikmatnya dunia percintaan kala itu.
Sayang kisah cinta keduanya tak menentu. 

Kala Dinda menjadikan cinta mereka sejak hari itu menjadi kisah sejarah cinta yang mesti dilupakan. Sedang Aryo tergiur dengan wiski semerbak harum cinta Dinda. Seperti langit kelam saat mendung kisah mejadi sedih dan pilu. Mawar di taman berubah hitam. Layu dan berlalu. Hari kelam dan berubah  hitam. Sehitam cinta mereka.

"Ry , kok kamu hari ini ga seger banget lho," gumam Ady.
" Iya ni dy, sepertinya dia lagi dapet, kayak cewek aja.hahaha" sambung Bolang
"aku gak apa-apa kok, hanya kurang bersemangat hari ini" tandas Aryo.
"bro, kalau ada masalah cerita dong. Ini kawan lho semua. Kami siap deh digampar cercaan." kata Bento
"ah...sudahlah guys, aku ga apa-apa deh.." sambung Aryo.
" udah ya, guys..aku mesti pulang,  ni mesti jemput Dinda" sambunya lagi.
Aryopun mengangkat perlengkapan olahraganya dan meninggalkan kawan-kawannya yang masih melonggo melihat tingkahnya.
                           ****
"Dinda sayang, buka dong   pintunya, Ibu mau masuk ni...." Kata Bu Nety
" ga Ma. entar aja..nanti Dinda ambil sendiri..."sayut Dinda
"iya ya, sebentar makan ya..sayang" sambung Ibunya.
"Iya Ma." Sambungnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun