Dokter Indonesia Hadir di Munich: Membawa Modul Pelatihan Kedokteran Psikosomatik ke Panggung Internasional
Oleh: dr. Andri, Sp.KJ, FAPM
Pada tanggal 11–13 September 2025, kota Munich, Jerman menjadi tuan rumah European Academy of Psychosomatic Medicine (EAPM) Annual Congress. Bagi saya pribadi, kesempatan ini terasa sangat istimewa. Bukan hanya karena saya bisa hadir secara langsung di forum akademik internasional ini kembali setelah terakhir di Rotterdam tahun 2019, tetapi juga karena saya berkesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kami dalam bentuk poster ilmiah yang berjudul “Mengembangkan Modul Pelatihan Kedokteran Psikosomatik untuk Dokter di Indonesia.”
Psikosomatik: Menyatukan Pikiran dan Tubuh
Bagi sebagian masyarakat awam, istilah “psikosomatik” sering dikaitkan dengan keluhan sakit perut karena stres atau jantung berdebar saat cemas. Namun sebenarnya, kedokteran psikosomatik memiliki cakupan yang jauh lebih luas. Bidang ini menekankan hubungan dinamis antara pikiran (psiko) dan tubuh (soma), serta bagaimana faktor psikologis bisa memengaruhi kesehatan fisik seseorang.
Di Indonesia, kita melihat semakin banyak kasus yang melibatkan aspek psikosomatik: mulai dari somatisasi, sindrom fungsional, hingga kondisi medis yang dipengaruhi stres kronis. Situasi ini menuntut adanya pemahaman baru di kalangan tenaga medis agar pasien bisa ditangani dengan lebih holistik, bukan hanya dengan obat semata.
Awal Perjalanan Modul Pelatihan
Cerita ini dimulai pada tahun 2017, ketika sebuah lokakarya Kedokteran Psikosomatik pertama kali digagas dalam rangkaian Kongres Nasional Psikoneuroimunologi di Surakarta. Saat itu, para psikiater, residen, dan dokter umum berkumpul untuk membahas model biopsikososial — sebuah pendekatan yang melihat pasien bukan hanya dari sisi penyakit fisik, tetapi juga aspek psikologis dan sosialnya. Lokakarya ini sempat terhenti akibat pandemi COVID-19, namun sejak 2022 kami memulai kembali dengan semangat baru. Dari sinilah lahir modul pelatihan kedokteran psikosomatik yang lebih sistematis dan bisa diadaptasi di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia.
Apa Isi Modulnya?
Modul ini dirancang dengan tiga tujuan utama:
1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang dasar-dasar kedokteran psikosomatik.
2. Memperkuat keterampilan asesmen dan diagnosis, khususnya pada pasien dengan keluhan fisik berulang yang sulit dijelaskan.
3. Membekali strategi penatalaksanaan berbasis bukti, mulai dari psikoterapi, mindfulness, hingga terapi farmakologisnya.
Metode pengajaran pun dibuat interaktif: kuliah singkat, diskusi kasus, role-play komunikasi dokter-pasien, dan pemilihan obat yang tepat pada kasus-kasus transdiagnostik di mana masalah fisik medisnya juga ada sebagai pemicu awal. Hasilnya? Lebih dari 70% peserta merasa lebih percaya diri nantinya dalam menangani pasien psikosomatik setelah mengikuti lokakarya.
Dari Indonesia ke Eropa
Mengapa pengalaman ini penting untuk dibagikan di EAPM 2025? Karena inisiatif lokal seperti modul ini dapat menjadi contoh bagaimana sebuah negara berkembang berupaya membangun kapasitas dokter dengan menyesuaikan konteks budaya dan sistem kesehatan nasional. EAPM sebagai salah satu organisasi psikosomatik di Eropa selama ini sering membuka peluang untuk para dokter dari berbagai multidisiplin ilmu untuk bersama belajar psikosomatik. Kondisi yang berbeda di Indonesia bisa jadi hal yang penting untuk diketahui oleh banyak dokter lain di belahan dunia yang berbeda.
Pada akhirnya, semua upaya ini bukan semata demi akademik. Tujuan utama adalah memberikan perawatan yang lebih manusiawi kepada pasien. Dengan pendekatan psikosomatik, dokter belajar untuk mendengarkan cerita pasien secara utuh, memahami tekanan hidup yang mereka alami, dan menghubungkannya dengan keluhan fisik yang muncul.
Tidak jarang, keluhan yang sudah bertahun-tahun tidak kunjung sembuh bisa membaik hanya karena pasien merasa dimengerti dan diberi penanganan menyeluruh. Inilah esensi dari kedokteran psikosomatik.