Mohon tunggu...
Ziida Najla Aqila
Ziida Najla Aqila Mohon Tunggu... Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Sultan agung Semarang

mahasiswa psikologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perfeksionis Bukan Cuma Rapi, Tapi Takut Gagal Dicintai

6 Juli 2025   22:10 Diperbarui: 7 Juli 2025   08:14 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku harus sempurna, agar orang lain tidak kecewa”

Pernah gak kalian merasa selalu kurang meskipun sudah berusaha sebaik mungkin ?

Banyak dari kita mengira perfeksionis hanya sebatas “ambisius” atau “rajin”, tapi dibalik itu ada rasa takut untuk gagal, takut ditolak, dan takut merasa ga cukup baik untuk dicintai.

Contohnya kayak misal Alya kecil hanya dapat pujian dari orang tua saat dia berprestasi. Lama-lama ia merasa kasih sayang orang tua hanya muncul saat ia berprestasi. Jadi saat Alya tumbuh besar ia jadi perfeksionis karena takut gagal, takut ditinggalkan, dan takut kehilangan cinta dari orang terdekatnya.

Alfred Adler menjelaskan bahwa perfeksionisme adalah dorongan alamiah untuk terlihat sempurna di mata orang lain. Dr Joachim Stoeber dan Katharina Otto (2006) membagi perfeksionis menjadi 2 macam. Perfectionistic Strivings Usaha keras karena pengen berkembang. Termasuk sehat kalau disertai penerimaan terhadap kegagalan. Perfectionistic Concerns Takut gagal, takut dinilai buruk, takut bikin kesalahan. Ini yang sering bikin mental capek, cemas, bahkan depresi. Menurut hasil penelitian Smith dkk (2023) menunjukkan bahwa hubungan antara perfeksionisme dan harga diri itu jelas. Artinya, semakin tinggi rasa takut gagal dan takut ditolak, semakin rendah pula rasa percaya diri seseorang.

Cara mengatasi hal tersebut bisa dengan melakukan :
1. Berani tampil apa adanya dan belajar untuk jujur saat sedang tidak baik-baik saja, meskipun awalnya nggak nyaman, tapi dari situ kamu belajar bahwa orang-orang akan tetap sayang bahkan saat kita tidak sempurna

2. Membangun Self Compassion atau tidak menghakimi diri sendiri dapat menurunkan perfeksionisme maladaptif, kecemasan dan depresi, serta meningkatkan kesejahteraan 

Perfeksionisme bukan selalu soal ingin yang terbaik—seringkali ia tumbuh dari rasa takut yang dalam: takut salah, takut gagal, takut tidak dicintai. Kita mengejar standar tinggi bukan karena yakin, tapi karena ingin merasa cukup. Padahal, dalam proses itu, kita sering lupa: kita tetap layak, bahkan saat kita tidak sempurna.

Self-compassion bukan berarti menyerah atau jadi lemah. Justru, ia adalah bentuk keberanian: berani memaafkan diri, berani menerima proses, dan berani tetap berjalan walau belum sempurna. Dalam dunia yang sibuk menuntut kesempurnaan, memeluk diri sendiri adalah bentuk revolusi yang paling lembut.

Karena pada akhirnya, kamu nggak harus jadi versi terbaik dari dirimu untuk layak dicintai.
Kamu hanya perlu jadi manusia. Yang jatuh, belajar, dan terus tumbuh.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun