Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kopi Pagi: Darurat Kekurangan Tenaga Dokter Spesialis di Indonesia.

28 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 27 Agustus 2025   21:53 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat pagi kompasianers

Sambil menikmati kopi hangat, pagi ini mari kita cermatiyang disampaikan Menteri Kesehatan RI (Menkes). Bapak Budi Gunadi Sadikin mengatakan saat ini Indonesia masih kekurangan sekitar 70.000 dokter spesialis. Ini membuat Kemenkes akan meniru cara Singapura dan India untuk meningkatkan jumlah dokter.

Tantangan Menjadi Dokter Spesialis di Indonesia
Menjadi dokter spesialis di Indonesia adalah impian banyak dokter umum, tetapi perjalanan ini penuh dengan tantangan yang tidak mudah. Mulai dari persaingan ketat hingga biaya yang selangit, berikut adalah rangkuman dari berbagai sumber mengenai kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi.

1. Persaingan yang Sangat Ketat
Salah satu hambatan utama adalah persaingan yang amat ketat untuk bisa masuk ke program pendidikan dokter spesialis (PPDS). Jumlah kuota yang tersedia di universitas negeri sangat terbatas, sementara peminatnya terus melonjak setiap tahun. Setiap calon harus bersaing dengan ribuan dokter lain yang memiliki nilai akademis tinggi dan pengalaman serupa.

2. Biaya Pendidikan yang Mahal
Biaya pendidikan menjadi batu sandungan yang besar. Biaya kuliah untuk PPDS bisa mencapai ratusan juta rupiah per semester, belum lagi ditambah biaya hidup dan buku-buku referensi yang mahal. Hal ini membuat banyak calon dokter spesialis yang memiliki potensi terpaksa mengurungkan niatnya karena kendala finansial. Meskipun ada beasiswa, jumlahnya sangat terbatas dan persaingannya pun sama ketatnya.

3. Beban Akademis dan Praktik yang Berat
Setelah berhasil masuk, tantangan tidak berhenti di situ. Pendidikan dokter spesialis dikenal sangat berat. Para residen harus menjalani jam kerja yang panjang dan melelahkan, sering kali tanpa istirahat yang cukup. Mereka harus siap siaga 24 jam untuk menangani kasus-kasus pasien yang beragam, sambil tetap mengikuti perkuliahan dan ujian. Tekanan psikologis dan fisik yang tinggi sering kali menyebabkan stres dan burnout.

4. Kurangnya Kesempatan Praktik di Daerah
Penyebaran dokter spesialis di Indonesia masih belum merata, di mana sebagian besar dokter spesialis terkonsentrasi di kota-kota besar. Setelah lulus pun, banyak dokter spesialis yang kesulitan mendapatkan kesempatan praktik di daerah terpencil atau pedalaman, di mana kebutuhan akan tenaga medis sangat tinggi. Hal ini sering kali disebabkan oleh keterbatasan fasilitas kesehatan dan minimnya dukungan dari pemerintah daerah.


Sebagai jawban atas kondisi tersebut, Kemenkes bekerja sama dengan Accreditation Council for Graduate Medical Education (ACGME) International, yakni organisasi yang menetapkan dan memantau standar pendidikan kedokteran pascasarjana di Amerika Serikat.

"Kenapa ACGME kita ajak? Karena dia sudah melakukan reformasi dari pendidikan dokter spesialis di Singapura. Singapura menghadapi masalah yang sama (kurang dokter spesialis), tapi mereka melakukan apa yang kita lakukan yaitu back in early 2000," kata Menkes Budi dalam sambutannya di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

 
"Mereka reformasi, undang ACGME untuk masuk, ACGME menolong mereka, sehingga naik hampir dua kali lipat produksi dokter spesialisnya," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun