"He who controls others may be powerful, but he who has mastered himself is mightier still." — Lao Tzu
Emosi: Sahabat atau Penghalang?
Setiap orang pernah mengalami momen di mana emosi mengambil alih kendali.
Rencana yang sudah disusun rapi bisa hancur hanya karena satu ledakan marah, satu kata yang terucap tanpa dipikirkan, atau satu reaksi yang terlalu cepat. Setelahnya, sering muncul penyesalan: "Seandainya tadi saya bisa lebih tenang."
Itulah kekuatan emosi. Ia bisa menjadi energi yang mendorong seseorang mencapai potensi terbaiknya, namun juga dapat menjadi penghalang yang merusak hubungan, keputusan, bahkan masa depan. Pertanyaan pentingnya adalah: apakah kita yang menguasai emosi, atau emosi yang menguasai kita?
Emosi Bukan untuk Disembunyikan
Mengendalikan emosi tidak berarti menekan atau menolak perasaan. Emosi adalah bagian alami dari diri manusia, sebuah sinyal penting yang memberi pesan tentang apa yang sedang terjadi dalam batin.
Marah menandakan ada batas yang dilanggar.
Takut menunjukkan adanya risiko yang perlu diwaspadai.
Sedih memberi tanda bahwa ada kehilangan yang harus diterima.
Senang menandakan sesuatu berjalan sesuai dengan nilai dan harapan kita.
Emosi bukan musuh. Yang sering menimbulkan masalah adalah reaksi yang muncul tanpa kendali. Ketika seseorang memahami pesan di balik emosinya, ia akan mampu menjadikannya sebagai kompas untuk melangkah lebih bijak.