Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Calon Mertua Ketus, Jalan Terus Saja!

24 Agustus 2025   21:00 Diperbarui: 24 Agustus 2025   12:27 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sikap mertua-geminiAI

Sikap dingin atau keraguan bukanlah penolakan mutlak. Keraguan hanyalah tanda bahwa mereka butuh waktu untuk yakin dan melihat bukti. Justru di sinilah kesempatan Anda untuk menunjukkan kualitas sejati. Banyak sekali kisah di mana calon menantu yang awalnya dianggap tidak pantas akhirnya luluh setelah melihat konsistensi, keseriusan, dan ketulusan hati. Kuncinya ada pada sikap kita dalam merespons. Jika kita menunjukkan kematangan, kesabaran, dan tanggung jawab, penilaian mereka lambat laun akan berubah. Ingat, penilaian orang tua tidak selalu final; mereka juga manusia yang bisa salah menilai dan bisa berubah seiring waktu.

Hal terpenting dalam menghadapi situasi ini adalah menjaga kekompakan dengan pasangan. Mertua bisa mendukung atau menentang, tapi yang akan membangun dan menjalani rumah tangga adalah Anda berdua, bukan mereka. Sebelum terlalu pusing memikirkan sikap calon mertua, pastikan terlebih dahulu bahwa Anda dan pasangan benar-benar siap secara lahir dan batin. Apakah Anda memiliki visi yang sama tentang masa depan? Apakah Anda siap bekerja sama menghadapi segala tantangan, termasuk tekanan dari keluarga besar? Jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah "iya," maka sikap calon mertua tidak akan menggoyahkan langkah.

Strategi Menghadapi Keraguan dengan Mulus

Jadi, apa yang bisa kita lakukan jika calon mertua masih ragu?

Pertama, tunjukkan konsistensi. Jangan hanya manis di depan, tapi buktikan bahwa Anda bertanggung jawab, menghargai pasangan, dan serius membangun masa depan. Waktu dan tindakan adalah alat bukti terbaik. Kedua, bangun komunikasi yang sopan. Meskipun mereka bersikap dingin, jangan balas dengan sikap yang sama. Tetap tunjukkan rasa hormat, sapa, dan peduli. Ketulusan sederhana seringkali bisa meluluhkan hati yang paling keras.

Ketiga, libatkan pasangan sebagai jembatan. Biarkan pasangan yang menjelaskan kepada orang tuanya tentang keseriusan Anda. Kata-kata dari anak sendiri seringkali lebih mudah diterima daripada dari orang lain. Keempat, bersabarlah dengan proses. Jangan berharap semua berubah instan. Ada yang butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Anggap saja ini sebagai latihan kesabaran yang berharga sebelum menghadapi masalah rumah tangga lainnya. Kelima, tetap beri ruang. Jangan memaksa mertua untuk langsung menerima. Beri mereka ruang untuk mengenal, mencerna, dan menilai ulang.

Selain strategi, yang tak kalah penting adalah mentalitas kita sendiri. Kalau mental sudah goyah, sekecil apa pun sikap calon mertua bisa membuat patah semangat. Jaga mentalitas dengan percaya diri. Ingat bahwa Anda punya nilai, kualitas, dan niat baik. Jangan biarkan penilaian sementara orang lain membuat Anda meragukan diri sendiri. Kemudian, jangan baper berlebihan. Kalau mereka dingin, itu tidak selalu berarti Anda ditolak. Kadang itu hanya "batas pengaman" yang mereka pasang.

Fokuslah pada hal positif. Daripada sibuk memikirkan bagaimana mereka melihat Anda, lebih baik fokus memperbaiki kualitas diri: kerja lebih giat, belajar lebih banyak, dan jadi pribadi yang lebih baik. Dan yang paling penting, tetaplah kompak dengan pasangan. Jangan biarkan sikap mertua memecah belah hubungan. Justru jadikan itu alasan untuk lebih solid, saling mendukung, dan menguatkan satu sama lain.

Ketika Restu Sulit Didapat

Bagaimana jika semua usaha sudah dilakukan, tapi calon mertua tetap tidak memberi restu? Ini adalah pertanyaan berat. Jawabannya tergantung pada keyakinan Anda dan pasangan. Dalam banyak budaya, restu orang tua dianggap mutlak. Namun, ada juga yang percaya bahwa keputusan hidup adalah hak penuh anak. Yang jelas, jika sampai pada titik ini, diskusikan baik-baik dengan pasangan. Apakah kalian siap menanggung konsekuensi jika menikah tanpa restu? Apakah kalian sanggup menjaga hubungan tetap sehat meski ada penolakan keluarga? Apapun pilihannya, pastikan itu keputusan bersama, bukan keputusan sepihak.

Pada akhirnya, ingatlah: pernikahan adalah perjalanan dua orang yang saling mencintai dan berkomitmen, bukan dua keluarga yang harus seratus persen akur sejak awal. Sikap calon mertua memang penting, tapi jangan sampai menjadi alasan untuk berhenti melangkah. Karena sering kali, seiring waktu, cinta, kesabaran, dan bukti nyata dapat mengubah keraguan menjadi penerimaan. Dan kalau pun tidak, Anda tetap memiliki kekuatan untuk membangun rumah tangga yang bahagia, selama Anda dan pasangan tetap kompak, saling menghargai, dan saling mendukung. Menikah bukan tentang mencari jalan yang tanpa rintangan, melainkan tentang berjalan bersama melewati semua rintangan. Jika hati sudah mantap, komitmen kuat, dan cinta tulus, maka apapun sikap mereka, jawabannya tetap sama: jalan terus saja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun