Akibatnya, beberapa negara seperti Inggris, Jerman, Italia, Norwegia, hingga India melarang produksi foie gras. Bahkan di Amerika Serikat, beberapa negara bagian seperti California sempat melarang penjualannya.
Namun, Prancis tetap mempertahankan foie gras sebagai bagian dari "warisan budaya gastronomi." Pada 2006, foie gras bahkan dilindungi secara hukum di Prancis sebagai produk budaya yang harus dilestarikan.
Alternatif Modern: Foie Gras Tanpa Gavage
Seiring meningkatnya kesadaran etis, beberapa produsen mulai mencari cara menghasilkan foie gras tanpa memaksa unggas. Metode ini sering disebut ethical foie gras.
Contohnya, seorang peternak di Spanyol, Eduardo Sousa, terkenal karena membiarkan angsa makan bebas di ladang zaitun, biji-bijian, dan buah alami. Angsa secara alami menimbun lemak di hati mereka menjelang musim migrasi. Hasilnya adalah foie gras yang disebut "alami" tanpa gavage.
Meskipun produksinya terbatas dan tidak selalu identik dengan foie gras tradisional, cara ini membuka jalan untuk masa depan foie gras yang lebih etis.
Foie Gras: Simbol Tradisi atau Isu Moral?
Foie gras berada di persimpangan unik antara tradisi kuliner dan isu moral. Bagi sebagian orang, foie gras adalah bagian tak terpisahkan dari identitas gastronomi Prancis, simbol perayaan, dan seni kuliner. Namun bagi yang lain, foie gras adalah lambang eksploitasi hewan demi kepentingan manusia.
Perdebatan ini tampaknya tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Di satu sisi, permintaan pasar tetap tinggi, terutama di kalangan pecinta kuliner. Di sisi lain, tekanan global terhadap praktik gavage semakin besar.
Kesimpulan
Foie gras adalah makanan legendaris dengan sejarah ribuan tahun, rasa mewah yang tak tertandingi, sekaligus kontroversi yang membayanginya. Teknik gavage menghasilkan hati bebek dan angsa yang kaya rasa, tetapi menimbulkan pertanyaan etis serius.