Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Suluk: Makna dan Urgensinya dalam Pementasan Wayang

25 Juni 2025   05:29 Diperbarui: 25 Juni 2025   06:39 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wayang kulit - wikipedia.com

Dalam gelap malam desa-desa Jawa, suara kendang dan gender mengalun pelan. Layar putih terbentang, bayangan tokoh wayang mulai menari, dan suara dalang perlahan menyanyikan sesuatu---lirih, kadang mendayu, kadang bergemuruh. Itulah suluk.

Bagi sebagian orang awam, suluk hanya terdengar seperti nyanyian pengantar. Tapi bagi yang paham, suluk adalah jantung spiritual dalam setiap pementasan wayang. Ia bukan sekadar pembuka adegan, tapi juga jembatan antara dunia nyata dan dunia batin.

Suluk adalah bahasa jiwa. Ia menggetarkan bukan karena kerasnya suara, tapi karena kedalaman maknanya.

Apa Itu Suluk?

Secara sederhana, suluk adalah tembang yang dilantunkan oleh dalang dalam pertunjukan wayang, baik wayang kulit maupun wayang orang. Kata "suluk" sendiri berasal dari bahasa Arab sulk, yang berarti "jalan menuju Tuhan", namun dalam konteks pewayangan, suluk lebih dekat pada bentuk ekspresi naratif dan batiniah.

Suluk dilantunkan tanpa iringan penuh gamelan, biasanya hanya disertai oleh satu atau dua instrumen seperti gender, rebab, atau suling. Inilah yang membuatnya sakral: sederhana, tapi penuh resonansi.

Fungsi Suluk dalam Pementasan

Suluk bukan sekadar hiasan atau pelengkap. Ia punya fungsi-fungsi yang sangat penting, antara lain:

  1. Membangun suasana
    Ketika seorang tokoh wayang hendak bertapa, masuk hutan, atau menerima wangsit, suluk menjadi alat pengantar suasana batin. Suasana menjadi hening, khusyuk, seolah semesta ikut mendengarkan.

  2. Menandai transisi
    Dari siang ke malam, dari dunia manusia ke kahyangan, dari bumi ke alam gaib---semua transisi besar ditandai dengan suluk. Ia seperti pintu antara dua alam.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun