Hal ini tentu saja baik untuk para raksasa teknologi seperti Facebook, tapi tidak baik untuk kesehatan otak kita. Banyak penelitian menunjukkan hubungan langsung antara screentime (waktu layar) dan depresi. Tidak perlu heran karena sebagian besar konten yang kita konsumsi secara online bersifat negatif dan membahayakan kesehatan mental kita. Tak hanya itu, penelitian lain juga menunjukkan terlalu lama menatap layar perangkat digital dapat merusak struktur dan fungsi otak.
Untuk menjaga otak kita tetap sehat, bukan berarti kita harus menghindari media sosial. Yang perlu kita lakukan hanya menetapkan batasan yang sehat dan memastikan kita lah yang mengontrol konsumsi media, bukan sebaliknya.
Riset internal Google (2018) menunjukkan, orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 8 jam sehari di ponselnya. Sekarang bayangkan, apa saja yang bisa kita lakukan, ciptakan, atau pelajari jika kita memiliki delapan jam tambahan setiap hari. Gunakan waktu tambahan itu untuk melakukan aktivitas yang lebih bermakna.
Gaya Hidup Kaum Rebahan
Pandemi Covid-19 memaksa sebagian besar penduduk dunia menganut gaya kaum rebahan. Karena aktivitas di luar dibatasi, sebagian besar kita memilih untuk bersantai di sofa, kursi ruang tamu atau tempat tidur yang rasanya begitu nyaman.
Faktanya, kenyamanan ini dapat memiliki efek berbahaya pada kesehatan mental dan fisik kita. Gaya hidup tidak aktif yang dianut kaum rebahan menimbulkan biaya tinggi karena kita harus menanggung biaya pengobatan untuk penyakit jantung, obesitas, depresi hingga demensia.
Penelitian lain juga menemukan bahwa gaya hidup kaum rebahan memiliki efek negatif pada otak kita, yakni memengaruhi ingatan kita secara negatif.
Memang, tidak ada salahnya kita bersantai sejenak melepas penat. Tapi jangan lupa, Tuhan menciptakan kita lengkap dengan kaki untuk berdiri tegak dan untuk berjalan.
Mengalahkan kenyamanan dari gaya hidup kaum rebahan adalah dengan memasukkan aktivitas gerak. Ini bukan tentang berolahraga atau aktivitas fisik berat lainnya, tetapi tentang bangun selama beberapa menit, berjalan-jalan pendek, dan berdiri tegak.
Kurang Silaturahmi
Ingin usia yang panjang dan rezeki yang banyak? Menurut Rasulullah Saw, bersilaturahmilah.
Ingin otak yang sehat? Menurut Studi Perkembangan Orang Dewasa Harvard, bersilaturahmilah.
Sebagai manusia, kita terhubung dengan interaksi sosial yang sejati. Namun, masalahnya adalah kita sering mencoba mengganti hubungan sejati itu melalui teman Facebook dan follower Instagram. Sekalipun hal ini memberi kita dorongan adrenalin instan, teman Facebook dan follower Instagram tidak memberi kita rasa koneksi yang nyata.