"otw masjid, mau ngaji...."
"Lagi di masjid raya, ada tabligh akbar......"
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di Tanah Suci....."
Dulu, saya sering "memandang rendah" teman yang selalu update status perihal ibadahnya, seperti kalimat diatas. Tak hanya "memamerkan ibadah", saya juga kerap mencibir dalam hati bila ada teman yang "memamerkan" kesuksesan duniawi-nya.
Selalu terbersit dalam hati saya, bahwa teman- tersebut sedang riya', sedang memamerkan ibadah yang mereka lakukan, atau rezeki yang mereka peroleh. Hingga kemudian saya bertanya pada seseorang yang lebih punya ilmu agama: Bagaimana sebenarnya hakikat update status tentang amal ibadah atau kesuksesan tersebut, apakah tergolong riya/pamer?
Nasihatnya sangat mengejurkan:
"Mengapa kamu harus mengurusi update status ibadah atau kesuksesan duniawi dari orang lain? Apakah kamu bisa melihat NIAT di hati orang tersebut?
Apakah benar mereka bermaksud riya'/pamer?
Bagaimana jika niat mereka adalah untuk MEMOTIVASI temannya agar bisa berbuat serupa?
Mengapa kamu tidak memandangnya sebagai MOTIVASI bagi dirimu sendiri?
Temanmu update status mengaji di masjid, pandanglah sebagai MOTIVASI, bahwa kamu juga seharusnya bisa seperti itu.
