Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Rasanya Belum Merdeka Kalau Masih Punya Utang

18 Agustus 2020   22:36 Diperbarui: 18 Agustus 2020   22:49 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekalipun mencoba untuk menghindari kewajiban melunasi utang, hati dan pikiran kita seperti terbelenggu (ilustrasi: unsplash.com/niu niu)

Tiga tahun lalu, aku memutuskan untuk menggunting semua kartu kredit yang kumiliki. Tagihannya kulunasi semua meskipun itu cukup menguras tabungan dan penghasilan bulanan.

Karena Sembrono, Kartu Kredit itu Menjerat Hidupku

Pengalaman buruk terkena kredit macet akibat kelalaian dan kesembronoan dalam mengelola kartu kredit menjadi pelajaran berharga bagiku. Cukup sekali ini saja aku mengalaminya.

Sebelumnya, aku memiliki beberapa kartu kredit dari beberapa bank. Tergiur oleh penawaran serta kebutuhan gaya hidup, aku iyakan saja pengajuan kartu kredit yang ditawarkan marketingnya.

Setelah beberapa waktu, aku baru menyadari ini adalah kekeliruan terbesar. Efek bunga berbunga dari kartu kredit tersebut membuat diriku terjebak dalam kredit macet yang nilainya lumayan besar. Tagihan demi tagihan datang beruntun.

Karena waktu itu belum ada dana untuk melunasi, akhirnya aku menempuh jalan pintas: gali lobang tutup lobang. Buka kartu kredit baru untuk menutup kartu kredit yang lama. Begitulah "lingkaran setan" yang harus aku jalani.

Bukan hanya diriku yang tertekan, keluargaku juga harus ikut menanggung dampak macetnya kartu kredit yang kumiliki. Diteror lewat telpon oleh debt collector bank. Dimaki-maki dengan perkataan yang jauh dari rasa perikemanusiaan. Aku yang mengambil kredit, banyak anggota keluarga yang ikut menanggung getahnya.

Akhirnya, setelah beberapa kali negosiasi dengan pihak bank, aku mulai mencicil pembayaran tagihan dengan jangka waktu yang lumayan lama. Butuh waktu hampir 24 bulan untuk melunasi tagihan beberapa kartu kredit. Setelah memiliki tabungan yang cukup, pada 2017 aku melunasi dan menutup semua kartu kredit yang kumiliki.

Alhamdulillah, hati langsung merasa lega dan pikiran menjadi tenang begitu tagihan kartu kredit sudah lunas semua. Rasanya seperti menjadi manusia yang merdeka seutuhnya. Cukuplah ini menjadi pembelajaran bagiku pribadi dan keluarga supaya lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan.

Dalam hidup, hampir mustahil kita tidak punya utang, apa pun bentuk dan nilainya. Karena utang, sudah menjadi kewajiban kita untuk melunasinya.

Sekalipun kita mencoba untuk menghindar, atau mencari seribu satu alasan untuk tidak membayarnya, percayalah hati dan pikiran kita tidak akan tenang. Jiwa kita terasa seperti terbelenggu oleh utang tersebut.

Pelajaran Berharga tentang Kewajiban Melunasi Utang

Aku pernah mendapat pelajaran berharga seputar kewajiban membayar utang. Ketika menekuni bisnis kopi bubuk beberapa tahun lalu, ada seorang pembeli - sebut saja namanya Pak Eko - lupa membayar kopi yang dibelinya. Waktu itu kami sempat janjian untuk bertemu. Namun karena satu sebab, kami tidak jadi bertemu dan kopi bubuk pesanan pak Eko aku titipkan di petugas asramanya. Lewat pesan singkat, Pak Eko berjanji akan mentransfer pembayarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun